REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan kinestetik anak dapat terganggu jika anak tidak sarapan. Demikian diungkapkan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang kesehatan dan Napza Sitti Hikmawatty. Kemampuan kinestetik adalah kecerdasan dalam melakukan gerakan tubuh serta kemampuan memahami pelajaran dalam praktik langsung.
Sitti yang pernah melakukan penelitian tentang pengaruh sarapan terhadap anak telah melakukan uji coba kemampuan kinestetik anak. Kemampuan kinestetik itu seperti lari sprint dan tangkap bola dan serta terkait ketahanan tubuh.
Hasilnya anak yang tidak sarapan gerakannya cenderung lambat. "Penemuan di lokasi tersebut, 30 persen anak juga mengalami malnutrisi terkait pola makan yang tidak teratur," kata Sitti di Jakarta pada Rabu (10/4).
Dia mengatakan banyak orang tua yang abai terhadap sarapan anaknya. Padahal sarapan merupakan waktu makan utama selain makan siang dan makan malam. Sarapan harus dapat mencukupi 30 persen kebutuhan gizi harian anak. Ia juga menyarankan untuk menyiapkan makanan pagi yang sederhana.
Menurut Sitti, ada rumus 3J yang dapat digunakan untuk mengatur pola makan. Rumus 3J yaitu jumlah makanan harus sesuai kalori yang dibutuhkan tubuh, jenis makanan harus beranekaragam, dan jadwal makan harus tetap. Jadwal makan tetap yang dimaksud adalah makan pagi, siang, malam, dan dua kali makan selingan.
Dia pun tidak menyarankan orang tua membawakan bekal untuk anak sebagai pengganti sarapan. Bekal berfungsi mengontrol agar anak makan makanan yang sehat dan tidak jajan sembarangan.
"Kalau dia bawa bekal lalu melewatkan sarapan, itu tidak baik. Misalnya dia terakhir makan malam pukul 19.00, tidur selama delapan jam, lalu tidak sarapan, dan baru sarapan setelah pukul 10.00, berarti ada sekitar 15 jam lambungnya tidak terisi makanan. Hal itu dapat menyebabkan pengikisan lambung," kata dia.