REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris senior Christine Hakim turut menginisiasi film Bumi Itu Bulat yang mengangkat isu toleransi. Saat konferensi pers usai press screening beberapa waktu lalu, ia tampak menangis membicarakan tema film yang akan diputar 11 April tersebut.
"Saya baru saja dapat pesan Whatsapp (WA) yang mengatakan bahwa di Gunung Kidul, suatu desa sejak 2015 Kades membuat aturan tidak mau menerima pendatang baru beragama non-Muslim. Sedih enggak sih. Bisa dibayangkan bagaimana itu terjadi pada diri kita, saudara kita, orang tua kita, adik atau anak kita yang ditolak di negerinya sendiri," ujarnya sambil menangis.
Seketika suasana konferensi pers menjadi hening saat Christine berbicara. Ia mengaku sangat peduli dengan isu intoleransi dan karena itulah ia bersedia terlibat dalam film Bumi Itu Bulat.
Ada beberapa hal yang membuatnya tertarik dengan film tersebut. Ia menyebut Bumi Itu Bulat merupakan film bernuansa Islami yang tidak membicarakan isu agama seperti yang kebanyakan diangkat.
"Film sejarah banyak punya nuansa Islam kental, Haysim Asyari, Cut Nyak Dien. Selain film sejarah dan Islam, yang dibuat mengangkat film Islam adalah poligami. Saya memahami itu seksi dijual ditonton, masih kontroversial dijual. Film bernuansa Islam pasti poligami. Yang saya gembira di film ini tidak bicarakan poligami. Masalah toleransi menjadi kekhawatiran kita bersama mengenai perkembangan akhir-akhir ini," ujarnya.
Christine mengaku sangat gembira berada di tengah anak-anak muda yang bisa merasakan isu toleransi dalam film ini. Ia mengapresiasinya sebagai bagian dari masyarakat yang secara konkret berpartisipasi aktif menjaga toleransi.
"Bagaimanapun itu harus dipertanggungjawabkan. NKRI bukan milik kita, hanya dititipkan kepada bangsa ini. Mudah-mudahan lewat film ini bisa mengingatkan kita semua. Apa yang terjadi akhir-akhir ini adalah skenario Tuhan yang membuat kita berpikir ulang, bukannya memperuncing," kata Christine.