Jumat 05 Apr 2019 15:36 WIB

Kampoeng Kopi Banaran Tawarkan Wisata Edukasi Anak

Wisata edukasi anak tersebut bisa digabungkan dengan kegiatan outbound anak.

Wisatawan mengamati koleksi di Museum Kopi Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ahad (22/7).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Wisatawan mengamati koleksi di Museum Kopi Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ahad (22/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran di Jalan Raya Semarang-Bawen KM 1,5 Kabupaten Semarang menawarkan wisata edukasi kopi, karet, atau kakao untuk anak. Agrowisata ini  dikelola oleh PT Perkebunan Nasional IX.

"Melalui wisata edukasi ini kami ingin mengenalkan budidaya kopi, karet, dan kakao termasuk pengolahannya kepada anak," kata General Manager Kampoeng Kopi Banaran Widya Banu Aji di Kabupaten Semarang, Jumat (5/4).

Khusus untuk tanaman kopi, anak-anak bisa mengetahui sampai ke tahap pengolahan kopi menjadi sajian minuman. Menurut dia, untuk wisata edukasi anak tersebut bisa digabungkan dengan kegiatan outbound anak, keliling dengan kereta wisata di areal perkebunan kopi, atau kegiatan berenang di wahana air.

"Harga satu paket tersebut sekitar Rp 50 ribu untuk tiap orang, bisa diambil satu paket atau satuan, sedangkan untuk kereta wisata Rp 85 ribu bisa diisi lima sampai tujuh orang," ujarnya.

Jumlah pengunjung Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran tiap hari tercatat kurang lebih 150 orang, dan sampai 300 orang pada akhir atau masa liburan.

Banu mengungkapkan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran segera dilengkapi dengan wahana air. Wahana Air Kampoeng Kopi Banaran akan dibuka untuk umum pada Senin (8/4) dengan harga tiket masuk Rp 15 ribu per orang, baik anak maupun dewasa.

"Khusus pada pembukaan hingga 14 April 2019, harga tiket masuk di Wahana Air Kampoeng Kopi Banaran hanya Rp 10 ribu/orang," katanya.

 

Pangkalpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadikan tradisi "Cheng Beng" atau sembahyang kubur sebagai wisata unggulan, guna meningkatkan kunjungan wisatawan di daerah itu.

"Kita telah menjadikan Cheng Beng ini sebagai agenda pariwisata tahunan, karena tradisi ini sudah terbukti meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Babel Rivai di Pangkalpinang, Jumat.

Ia mengatakan Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel dan pemerintah kabupaten/kota mendukung serta memfasilitasi kegiatan Cheng Beng, agar wisatawan lebih tertarik berwisata ke daerah ini.

"Kita menambah atraksi-atraksi budaya, sehingga wisatawan tidak hanya sembahyang kubur, tetapi juga menikmati kebudayaan dan keindahan alam di daerah ini," ujarnya.

Menurut dia, pengembangan wisata religi ini tentunya akan berdampak terhadap pembangunan pariwisata dan perekonomian masyarakat di daerah ini.

"Setiap tahun kegiatan Cheng Beng, ribuan wisatawan datang ke daerah ini untuk menggelar ritual sembahyang kubur, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhurnya," katanya.

Wakil Ketua Yayasan Sentosa Pangkalpinang, Apin mengatakan bagi masyarakat keturunan Tionghoa sembahyang Cheng Beng sangat penting dan menjadi utama untuk mendoakan para leluhur, orang tua yang telah berjasa terhadap kehidupannya.

"Orang dari China, Hongkong, Singapora, Australia dan seluruh masyarakat Tionghoa di Indonesia datang ke sini, karena leluhur mereka dikuburkan di Perkuburan Sentosa," ujarnya.

Ia mengatakan jumlah kuburan di Komplek Perkuburan Sentosa ini mencapai 13.000 ribu lebih dan setiap tahun keluarganya datang ke kompleks ini untuk menggelar sembahyang cheng beng.

"Bagi kami sembahyang cheng beng lebih penting dibandingkan imlek dan tradisi keagamaan lainnya, karena ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada lelulur serta orang tua," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement