Jumat 05 Apr 2019 03:00 WIB

Solo Akan Punya Waterboom

Pembangunan waterboom dilakukan dengan skema kerja sama Pemkot dan investor

Rep: Binti Sholikah/ Red: Christiyaningsih
Waterboom Bali.
Foto: Waterboombali.com
Waterboom Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kota Solo bakal memiliki wahana wisata waterboom. Pembangunan wisata tersebut dilakukan dengan skema kerjasama pemanfaatan aset yang dimiliki Pemkot dan menggandeng investor.

Kepala Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kota Solo, Yosca Herman Soedrajat, mengatakan Pemkot memiliki aset berupa lahan hak pakai (HP) bekas Pondok Persada Jurug Jebres. Lahan tersebut memiliki luas 72 ribu hektare.

Baca Juga

Lahan itu telah ditawarkan kepada empat investor. Ada dua investor yang tertarik dan menyatakan minat untuk membangun waterboom.

Nilai investasi proposal yang diajukan pertama mencapai Rp 30 miliar. Nilai tersebut kemudian dinaikkan menjadi Rp 60 miliar setelah melihat situasi dan kondisi di lapangan.

"Nanti akan ada prosedur lelang dan sebagainya, kami percepat untuk investasi. Mungkin nanti mulai ground breaking Agustus tahun ini," papar Yosca kepada wartawan di Solo, Kamis (4/4).

Melalui kerja sama pemanfaatan aset tersebut, Pemkot akan memberikan jangka waktu kontrak maksimal 30 tahun. Prosesnya akan dimulai dengan presentasi investor yang akan dilakukan pekan depan. Setelah presentasi, akan dilakukan studi kelayakan atau feasibility studiy (FS), baru kemudian masuk tahapan lelang.

"Karena ini wisata, saya minta jangan kalah dengan daerah di sekitarnya seperti Pandawa Waterboom di Solo Baru Kabupaten Sukoharjo dan Jogja Bay," imbuhnya.

Yosca optimistis rencana investasi tersebut akan membawa dampak signifikan bagi iklim investasi di Solo bagian utara. Sebab, lokasi tersebut berdekatan dengan kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Di samping itu, investasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemasukan dari pendapatan asli daerah (PAD) Kota Solo.

Nantinya, investor akan menempati lahan tersebut kemudian membangun wahana wisata. Setelah 30 tahun, bangunan tersebut akan menjadi milik Pemkot.

"Setiap tahun investor memberikan kontribusi tetap, bagi hasil, dan pajak-pajak lainnya. Tahun pertama kontribusi, tahun kedua bagi hasil. Peningkatan PAD kami nanti minimal Rp 750 juta tiap tahun," terangnya.

Yosca menyebut calon investor tersebut telah berpengalaman mengelola wahana waterboom di lima kota lainnya, seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement