Senin 01 Apr 2019 20:02 WIB

Sendawa tak Selalu Datang Saat Perut Kenyang

Sering bersendawa ketika perut kosong bisa jadi merupakan tanda gangguan kesehatan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Sendawa yang datang saat perut kenyang adalah hal biasa. Lain cerita jika sendawa dalam keadaan perut kosong. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sendawa yang datang saat perut kenyang adalah hal biasa. Lain cerita jika sendawa dalam keadaan perut kosong. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda sering bersendawa? Berhati-hatilah. Walaupun sering dianggap normal, sendawa justru bisa menjadi tanda bahaya.

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan gastroentero hepatologi dari RS Pondok Indah-Puri Indah, Hendra Nurjadin, menjelaskan, sendawa adalah gas berlebih pada lambung atau usus bagian atas yang dilepaskan dari mulut. Sendawa adalah salah satu cara tubuh mengeluarkan gas secara alami.

Kondisi ini umumnya adalah hal yang baik. Jika tidak dikeluarkan, gas di lambung dapat menyebabkan perut kembung yang kadang disertai dengan nyeri perut.

Menurut Hendra, bila sendawa terjadi setelah makan kekenyangan, itu hal yang biasa. Begitu juga jika sendawa terjadi setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi.

Lain halnya jika bersendawa saat perut kosong atau dalam keadaan lapar. Dalam kondisi perut kosong, sendawa membuat asam lambung naik dan hal ini tidak baik.

Sendawa yang terjadi terus menerus selama lima tahun bisa jadi merupakan adalah gejala suatu penyakit. Salah satunya adalah gejala dari sakit mag.

Sakit maag merupakan bahasa awam untuk menggambarkan keluhan-keluhan yang disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti sakit perut, mual, muntah, kembung, begah, sendawa, rasa terbakar di ulu hati atau dada, dan keluhan lainnya yang bermuara pada area bagian atas. Jika gangguan sakit mag tidak ditangani baik, apalagi adanya infeksi kuman heliobacter pylori, maka akan mudah menjadi tukak lambung (ulkus peptikum).

Kemudian berpotensi menjadi suatu keganasan lambung di kemudian hari jika disertai faktor risiko lainnya, seperti merokok, alkohol, faktor keturunan, dan lainnya.

"Bila sendawa terjadi terus-menerus selama lima tahun, makin parah tidak sembuh-sembuh, apalagi ditambah sulit menelan, berhati-hatilah. Mesti diendoskopi. Jangan sembarangan dengan sendawa," ujar Hendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement