Senin 01 Apr 2019 15:58 WIB

Mau Berhenti Merokok? Coba Terapi Ini

Karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran rokok sangat berbahaya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Christiyaningsih
Berhenti merokok (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Berhenti merokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rokok berbahaya bagi orang perokok aktif maupun perokok pasif. Masyarakat perlu sama-sama menyadari bahwa rokok juga berdampak buruk pada orang-orang di sekitarnya. Karbon monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran rokok yang dihirup oleh perokok aktif dan perokok pasif sama bahayanya.

Zat tersebut akan menurunkan kemampuan dan kapasitas sel darah untuk membawa oksigen. Pada akhirnya akan merusak paru-paru, jantung, dan pembuluh darah.

Baca Juga

Guru Besar Promosi Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yayi Suryo Prabandari, menjelaskan masyarakat yang tidak merokok namun terpapar asap rokok merupakan kelompok yang paling rentan. Bahaya bukan hanya dari asap rokok tetapi juga dari residu yang tertinggal di rumah dan lingkungan mereka tinggal atau third-hand smoke.

Riset dari Jacob dan peneliti lainnya dari Division of Clinical Pharmacology and Experimental Therapeutics, University of California pada 2017 lebih jauh mendeskripsikan third-hand smoke (THS) sebagai racun dari rokok. Beberapa di antaranya berbahaya karena menetap, bereaksi, terproduksi kembali, dan aktif kembali setelah sekian lama aktivitas rokok berhenti. Residu dari THS akan sangat mungkin diserap oleh berbagai permukaan dan debu di lingkungan rumah.

Pada 2018, badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan di Indonesia sebanyak 30,4 persen perokok mencoba berhenti tetapi hanya 9,5 persen yang berhasil. Terdapat  berbagai macam cara untuk berhenti merokok, mulai dari berhenti secara langsung maupun menggunakan terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy - NRT).

Cara pertama yakni langsung berhenti total, dianggap sangat sulit untuk beberapa perokok, karena mereka sering kali mereka mengalami withdrawal syndrome. Sedangkan terapi NRT dapat mengurangi rasa ketergantungan dengan memberikan perokok nikotin yang kadarnya bisa di kontrol dan mengeliminasi racun-racun lain yang terkandung dalam rokok. Akan tetapi, kedua pendekatan berhenti merokok ini masih sangat jarang diadopsi di Indonesia.

Beberapa tahun belakangan organisasi kesehatan masyarakat di berbagai negara sedang mempelajari dan mendorong pendekatan berhenti merokok baru yang bernama Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) yang juga dikenal sebagai rokok elektrik.

Pendekatan ini diklaim dapat menjadi alternatif untuk berhenti merokok secara bertahap. Sama halnya dengan NRT, produk ENDS mengandung nikotin namun dengan dosis yang terkontrol. Produk ini juga mengeliminasi berbagai macam bahan kimia beracun yang dihasilkan oleh proses pembakaran rokok.

Pada awal 2019, studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine juga menemukan rokok elektrik dua kali lebih efektif dibandingkan NRT dalam membantu perokok berhenti dari kebiasaan merokok. Dalam riset yang berbeda pada bulan lalu, peer-reviewed study yang dilakukan oleh Centre of Substance Use Research (CSUR) melaporkan total konsumsi rokok di antara perokok peserta studi tersebut berkurang sekitar 73 persen dalam periode tiga bulan sejak mereka menggunakan ENDS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement