Rabu 27 Mar 2019 04:19 WIB

Berburu Mini Figure Pelengkap Fotografi 'Tuyul'

Fotografi 'tuyul' disebut hobi mahal karena harga mini figure tak pula murah.

Seorang penggiat fotografi miniatur tengah mengambil gambar obyek kecil di salah satu cafe di Kota Sukabumi Ahad (3/2). Keberadaan miniatur fotografi ini selain hobi tapi bisa menghasilkan pendapatan.
Foto: Republika/Mimi Kartika
Seorang penggiat fotografi miniatur tengah mengambil gambar obyek kecil di salah satu cafe di Kota Sukabumi Ahad (3/2). Keberadaan miniatur fotografi ini selain hobi tapi bisa menghasilkan pendapatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Komunitas fotografi miniatur telah bermunculan di sejumlah kota besar di Indonesia. Penggemar fotografi "tuyul" mulai melirik mini figure pada 2013 dan hobi itu makin diminati sejak 2017.

Genre fotografi tersebut belum terlalu diminati masyarakat luas. Sulitnya mendapatkan mini figure menjadi salah satu faktornya.

Baca Juga

Menurut pegiat fotografi mini figure dari ToygraphyID, Januar Budi Nurcahyo, mayoritas orang-orangan itu harus diimpor dari Jerman, Jepang, dan Inggris. Ada empat produsen terkenal yang menjual mini figur di dunia, seperti Noch, Preiser, Woodland Scenics, dan Faller.

Januar mencermati, fotografer di Indonesia paling sering mencari mini figure produksi Noch dan Preiser lewat Ebay, Amazon atau toko Toys World ID di Bandung. Melihat potensi besar di pasar tersebut, para produsen mainan di Indonesia pun mulai mengimpornya dan membuat mini figure sesuai pesanan.

Jika Preiser dan Noch menjual mini figure patung kaku, produsen di Indonesia membuatnya lebih variatif. Mereka menyediakan mini figure yang posenya seperti sedang bersepeda, menggunakan motor, berlari, membaca buku, hingga karakter superhero.

Fransiskus Murni termasuk penggemar mini figure yang kemudian berjualan. Dia menambah koleksi pribadinya sembari menawarkannya ke penggemar miniatur fotografi lewat Toko Pojok Si Kecil yang memiliki akun Instagram @pojok_si_kecil.

"Kumpulin satu-dua figure, satu bulan beli lima sampai 10 figure. Tiap hari ada yang baru saya tertarik langsung kontak ke reseller besar di Jerman. Saya beli agak banyak, sejak itu saya jual dan hingga kini punya toko," kata Fransiskus di kawasan Kota Tua, Jakarta.

 

Untuk satu unit mainan mini itu, pembeli harus merogoh kocek Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu. Mengingat harganya yang tidak murah itu, banyak orang yang lebih tertarik membeli mainan yang lebih besar.

Fransiskus pun mengakui lantaran harga objek yang mahal, penyuka fotografi tuyul mayoritas generasi sebelum milenial.

"Kebanyakan mikirnya dengan uang Rp 200 ribu bisa beli mainan superhero Marvel ukuran 15 cm dibanding mini figure yang cuma 1,6 cm. Tapi itulah sisi uniknya mini figure ini," ujarnya.

Senada dengan Fransiskus, Januar juga melihat generasi milenial belum banyak tertarik untuk menekuni fotografi ini. Dari pengalamannya, ia menangkap bahwa generasi milenial masih memandang foto sebagai suatu keindahan dan ajang pamer belaka.

Fotografi tuyul, menurut Januar, punya potensi yang masih besar. Kondisi yang masih belum banyak peminat, justru membuka pintu bagi para fotografer untuk meraih eksistensi dan tentunya meraup keuntungan bisnis, seperti Tanaka Tatsuya dan Slinkachu.

"Ke depan ini sesuatu yang menarik dari sisi estetika fotografi. Orang cari duit motret bisa karena belum banyak orang yang memanfaatkan ini sebagai profesionalisme fotografi," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement