REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jika Anda merasa lapar dan tengah berada di kawasan Katapang-Soreang tepatnya di Jalan Katapang Kabupaten Bandung jangan khawatir. Anda bisa mampir makan di Rumah Makan Gepuk dan Sate Cilampeni milik Wiwin Rukmini. Meski tampilan luar rumah makannya terbilang sederhana namun rumah makan ini punya menu istimewa.
Salah satu kuliner andalannya yaitu gepuk yang terkenal di mana-mana bahkan hingga mancanegara. Gepuk yang dibuat oleh wanita berusia 63 tahun ini terkenal empuk dan berukuran besar. Saat dimakan, daging sapi terasa lembut dan mudah dikunyah serta tidak alot. Tak heran banyak masyarakat yang memburu kuliner khas Jawa Barat tersebut. Pengunjung pun bisa makan sate atau gepuk di tempat.
Saat ditemui di rumah makannya, nenek 20 cucu ini tengah menyusun nasi kotak pesanan pelanggannya. Ia bercerita usaha rumah makan yang dikelolanya merupakan usaha keluarga yang dijalankan turun temurun dari sang kakek
"Usaha ini ada dari sejak zaman eyang, terus dilanjutkan sama orang tua. Berlanjut ke kakak dan saya sendiri, generasi ketiga," ujarnya kepada Republika, Ahad (24/3). Ia mengungkapkan yang ditonjolkan dan terkenal dari usaha kulinernya adalah gepuk.
Sementara itu sang kakak yang memiliki rumah makan tidak jauh dari tempatnya lebih menonjolkan dan terkenal dengan usaha kuliner sate Cilampeninya. Dirinya mengungkapkan para konsumen banyak menjadi pelanggan karena gepuk yang dibuatnya empuk.
Wiwin mengatakan resep makanan gepuk miliknya tidak berbeda jauh dari resep pada umumnya dan tidak terdapat resep rahasia. Namun, ia mengaku sangat memperhatikan kualitas keempukan daging sapi. "Direbusnya sekali sampai empuk kemudian diberi bumbu," ungkapnya.
Menurutnya, banyak masyarakat yang datang ke rumah makannya dari berbagai daerah. Seperti dari Bekasi, Jakarta, Cileunyi, serta tempat lainnya. Tidak hanya itu, produk gepuk miliknya yang dipesan dibawa hingga mancanegara seperti Jepang dan Belanda.
"Sejak saya meneruskan usaha keluarga sampai sekarang banyak yang sudah langganan. Bahkan dari awal usaha. Yang pesan di Jepang dan Belanda sampai 20-30 buah gepuk," ungkapnya.
Wiwin mengatakan sehari bisa menghabiskan 200 gepuk dengan harga dibanderol Rp 42 ribu per satu gepuk. Dirinya menceritakan pernah menjual gepuk dari harga Rp 1.000 hingga Rp 4.000 saat krisis moneter terjadi dan saat ini dijual Rp 42 ribu.
Dalam satu bulan, ia mengaku bisa memperoleh ratusan juta dari usaha rumah makan yang dikelolanya. Ia pun mengungkapkan sempat memiliki cabang usaha rumah makan di Ciranjang, Cianjur.
Akan tetapi, usaha disana tidak berlanjut dan saat ini fokus di rumah makan di jalan Katapang, Kabupaten Bandung. Saat ini, anak perempuan keempatnya dari enam bersaudara mengikuti jejaknya berbisnis kuliner gepuk dan sate di Miko Mall, Kota Bandung.
"Alhamdulillah, bisnis ibu stabil dan berjalan lancar. Ke depan juga kalau ada kesempatan ingin membuka cabang lagi," katanya. Wiwin pun mengatakan jika anaknya yang lain turut terlibat mengelola manajemen bisnis rumah makan gepuk dan sate Cilampeni miliknya.
Selain menjalankan usaha rumah makan, Wiwin pun banyak menerima pesanan katering dari sekolah-sekolah, perusahaan, dan instansi-instansi lainnya. Agar mempunyai langganan tetap dia selalu memberikan pelayanan yang ramah. "Sekarang juga banyak pelanggan yang memesan dan ingin diantarkan," ungkapnya. Dirinya mengaku selalu memperhatikan kualitas makanan yang diproduksinya.
Salah seorang konsumen bernama Neni mengaku tiap ingin makan gepuk maka dirinya selalu mendatangi rumah makan gepuk dan sate Cilampeni milik Wiwin. Menurutnya, tekstur gepuk sangat empuk dan mudah dimakan. Selain itu, rasanya juga enak. "Saya kalau beli gepuk selalu kesini. Enak dan empuk," katanya.