Jumat 22 Mar 2019 17:00 WIB

Kurangi Limbah Makanan, Warga AS Lirik Pasar Barang 'Cacat'

Barang-barang yang 'cacat' sebenarnya juga layak untuk dikonsumsi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Belanja di supermarket
Foto: http://everydayfoodstorage.net
Belanja di supermarket

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berhemat sambil ikut menjaga lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan setiap orang. Jule Eisendick, contohnya, punya trik tersendiri untuk mengurangi limbah makanan.

Eisendick membeli produk yang sudah mepet tanggal kadaluwarsanya di supermarket. Perempuan berusia 38 tahun asal Amerika Serikat itu segera mengolahnya agar bahan makanan yang dibeli tidak terbuang percuma.

Baca Juga

"Saya hanya membeli produk segar ketika yang lama hilang," kata Eisendick yang mempraktikkan gaya hidup rendah ke nol limbah saat bepergian.

Sehari-hari, Eisendick menggunakan setiap bagian dari buah atau sayuran. Dia bisa membuat keripik dengan sisa kulit kentang atau memanfaatkan sisa wortel dan bit ke dalam salad.

"Apa yang tidak saya gunakan masuk ke kompos," ujar pemilik blog The Happy Choices.

Sebagian besar masalah limbah makanan dimulai dari rantai pasokan. Banyak produk cacat yang dibuang. Terkadang, terlalu banyak makanan tertentu tersedia sehingga sisanya akan dibuang oleh pedagang grosir.

Di level toko kelontong kejadiannya lain lagi. Pedagang terbiasa untuk menolak makanan yang tidak seperti yang diharapkan pelanggan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pasar sekunder muncul untuk menampung produk-produk yang ditolak itu untuk disumbangkan atau dijual kembali.

Di Philadelphia, contohnya, ada Misfits Market. Lantas, di San Fransisco ada Imperfect Produce. Keduanya bermitra dengan petani untuk menyelamatkan produk yang ditolak.

Misfits Market, yang dibuka Oktober lalu, menjual kotak-kotak "jelek" di Timur Laut. Pendaftaran pelanggan telah meningkat 10 kali lipat dalam lima bulan pertama bisnis, menurut Abhi Ramesh, Chief Executive Officer Misfits Market.

"Ada minat luar biasa dalam melakukan sesuatu untuk mengurangi limbah makanan, karena orang-orang tahu itu masalah besar," kata Ramesh, seperti dilansir AP, Kamis.

Sebagai perbandingan, situs web Imperfect Produce mempromosikan sekitar 40 juta pound produk yang disimpan melalui model bisnisnya sejak perusahaan ini didirikan pada tahun 2015. Kotak-kotak produk yang ditolak saat ini tersedia di 15 kota, tetapi perusahaan berencana untuk memperluas layanan ke 12 area lainnya pada akhir tahun.

“Ada beberapa buah dan sayuran yang bentuknya terlihat sangat lucu, benar-benar antropomorfik. Kentang yang terlihat seperti boneka beruang, contohnya” kata Ben Simon, CEO dan salah satu pendiri Imperfect Produce.

Tetap saja, makanan ini tak masalah untuk dimakan.

"Mungkin ada jeruk yang sedikit lebih kecil dari yang biasa kita temukan di toko grosir," katanya.

Kenyamanan layanan pengiriman rumah ini menarik bagi para profesional yang sibuk. Pelanggan dapat memilih ukuran kotak dan frekuensi pengiriman.

Zucu Ingersoll, seorang warga San Francisco Bay Area yang berusia 36 tahun, telah berlangganan Imperfect Produce selama hampir setahun. Dia mengatakan bahwa makanan yang paling tidak biasa yang ia ingat dapatkan adalah kepala kubis besar.

Mendapatkan pengiriman ke telah mengurangi waktu yang dihabiskan untuk membeli makanan. "Aku tidak lagi berbelanja di toko grosir," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement