Jumat 15 Mar 2019 20:36 WIB

Psikolog: Live Streaming Christchurch Bukti Pelaku Enjoy

Menurut psikolog, pelaku menikmati serangan terhadap masjid di Christchurch.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Reiny Dwinanda
Proses evakuasi korban penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru
Foto: EPA
Proses evakuasi korban penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Efnie Indrianie mengatakan pelaku penembakan jamaah masjid di Christchurch, Selandia Baru tampaknya menikmati serangan yang dilakukannya. Itu tercermin dari kesengajaannya menayangkan secara langsung (live streaming) kebrutalannya di Facebook.

Hal itu, menurutnya, tingkat adrenalinnya atau tantangan semakin tinggi bagi pelaku.

Baca Juga

"Ini orang-orang dengan level agresi yang tinggi pada dirinya, biasanya mereka enjoy atau menikmati aksi-aksi kekerasan di sekitar mereka," kata Efnie saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (15/3).

Efnie berpendapat, bukan hal yang mengagetkan jika pelaku kekerasan membuat siaran langsung serangannya. Ia menilai, pelaku sudah terbiasa melakukan aktivitas kekerasan, setidaknya melalui permainan.

"Tidak aneh jika banyak orang yang bermain gim berunsur kekerasan atau peperangan lebih enjoy memainkan hal-hal seperti itu," ungkapnya.

Efnie menerangkan, pada pelaku kekerasan, sistem otak bagian tengah yang mengendalikan emosi atau yang disebut dengan amigdalanya sudah dipenuhi dengan dendam dan amarah (agresi). Alhasil, agresi mengendalikan sistem yang berada di amigdala kemudian mempengaruhi sikap dan perilakunya.

Efnie yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha itu menjelaskan, perilaku terbentuk karena faktor lingkungan. Menurutnya, kebiasan pelaku tindak kekerasan banyak dipengaruhi ketika masih berusia 12 tahun.

"Sejak kecil (pelaku kekerasan) sudah terbiasa, sudah menyerap informasi-informasi kekerasan di lingkungan sekitar, entah berupa tayangan, tontonan, bacaan, maupun ungkapan-ungkapan yang sering dia dengar dari orang-orang dewasa sekitar," jelasnya.

Terlepas dari motif dibalik aksi kekerasan tersebut, Efnie mengatakan, kekerasan yang dilakukan oleh pelaku berasal dari faktor internal. "Orang yang berani melakukan itu, sistem agresi sudah tertanam di amigdalanya sejak kecil," katanya.

photo
File foto tidak bertanggal menunjukkan Masjid Al Noor di Deans Avenue, tempat penembakan massal, di Christchurch, Selandia Baru, (15/3/2019).

Pelaku penembakan massal terhadap jamaah masjid Al Noor di Linewood, Christchurch, Selandia Baru merekam aksinya layaknya membuat vlog saat hendak menyerang jamaah yang sedang melakukan shalat Jumat, (15/3) pukul 13.40 waktu setempat. Rekaman berdurasi 17 menit oleh pria bersenjata itu diunggah olehnya ke media sosial.

Pelaku penembakkan diyakini adalah Brenton Tarrant, seorang pria kulit putih kelahiran Australia berusia 28 tahun. Live streaming dimulai ketika pria bersenjata itu berangkat ke Masjid Al Noor di Deans Ave. Dia memarkir mobilnya di jalan masuk terdekat masjid.

Terdapat senjata dan amunisi di kursi penumpang depan dan belakang. Di mobilnya juga ditemukan tabung bensin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement