Kamis 14 Mar 2019 11:35 WIB

Pembicara Perlu Kuasai Trik Menerobos Pikiran Bawah Sadar

Pembicara tidak bisa sukses jika alam bawah sadar peserta menganggap tak menarik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, saat mengisi Diklat Inspiratif Republika di Balai Bahasa Yogyakarta, Rabu (13/3).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, saat mengisi Diklat Inspiratif Republika di Balai Bahasa Yogyakarta, Rabu (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menjadi pembicara atau pemateri memang membutuhkan trik tertentu agar bisa menguasai panggung. Salah satu kunci menguasai panggung tidak lain bisa dilakukan dengan menembus alam bawah sadar peserta.

"Kamu tidak bisa sukses berbicara kepada orang lain jika mereka berpikir kamu tidak menarik, kata Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, mengutip Larry King.

Baca Juga

Hal itu disampaikan saat mengisi Diklat Inspiratif Republika yang digelar di Balai Bahasa Yogyakarta, Rabu (13/3). Namun, tidak jarang orang baru merasa tampilannya baik ketika bersama orang-orang yang levelnya berada di bawahnya.

Padahal, ia menekankan jika itu keliru karena posisi yang tinggi sekalipun memang bukan segalanya. Erik menerangkan, dalam komunikasi ada istilah energi ketertarikan dan sebenarnya itu yang membuat kita merasa dalam kondisi baik.

"Dan antara alam sadar dan alam bawah sadar ada critical factor. Jika kita ingin menembus alam bawah sadar orang tembuslah critical factor tersebut," ujar Erik.

Terdapat lima ranah yang bisa digunakan. Repetisi atau pengulangan, identifikasi kelompok, informasi yang disampaikan figur terpandang atau yang memiliki ototritas, emosi dan terakhir relaksasi mental.

Tapi, ia mengingatkan, semua itu membutuhkan kepercayaan. Mengutip Sy Oliver dan Trummy Young, Erik menuturkan jika yang bisa memberikan hasil bukan apa yang kita lakukan, tapi cara kita melakukannya.

Meski begitu, ada faktor-faktor situasi yang perlu diperhatikan ketika kita hendak menerapkan itu semua. Mulai dari deskripsi, petunjuk kinestik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik dan petunjuk artifatkual.

"Jadi, dalam menerapkan itu semua kita semua sangat perlu memperhatikan faktor-faktor situasional saat itu," kata Erik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement