Rabu 13 Mar 2019 02:03 WIB

Polusi Udara Jadi Pembunuh Mematikan Setiap Tahun

Jumlah kematian akibat polusi udara dua kali lipat dari perkiraan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nur Aini
Polusi Udara Jakarta.Aktivis greenpeace melakukan aksi teatrikal terkait kualitas udara Jakarta di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Polusi Udara Jakarta.Aktivis greenpeace melakukan aksi teatrikal terkait kualitas udara Jakarta di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (5/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah penelitian mengemukakan bahwa polusi udara membunuh lebih banyak orang setiap tahun daripada merokok. Penelitian itu menyerukan tindakan segera penghentian pembakaran bahan bakar fosil.

Seperti dilansir di Arab News pada Selasa (12/3), para peneliti di Jerman dan Siprus memperkirakan polusi udara menyebabkan 8,8 juta lebih banyak kematian pada 2015. Angka itu hampir dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya, yakni 4,5 juta kematian.

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, merokok membunuh sekitar tujuh juta orang per tahun di seluruh dunia. Fokus utama penelitian dilakukan di Perhimpunan Kardiologi Eropa. Para peneliti menemukan bahwa polusi udara menyebabkan sekitar 790 ribu kematian di Eropa. Dari jumlah tersebut, antara 40 hingga 80 persen disebabkan penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.

"Karena sebagian besar partikel dan polutan udara lainnya di Eropa berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, kita perlu beralih ke sumber lain segera untuk menghasilkan energi," kata penulis dari Max-Plank Institute for Kimia di Mainz dan Institut Siprus Nicosia, Siprus, Prof Jos Lelieveld.

Lelieveld menjelaskan, penggunaan energi bersih dan terbarukan artinya selaras dengan Perjanjian Paris untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, energi terbarukan juga bisa mengurangi tingkat kematian terkait polusi udara di Eropa hingga 55 persen.

Studi yang diterbitkan dalam European Heart Journal itu berfokus pada ozon dan partikel polusi terkecil, yang dikenal sebagai PM2.5. Partikel polusi itu sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menembus dalam paru-paru dan mungkin dapat masuk ke dalam pembuluh darah.

Para peneliti mengatakan data baru menunjukkan dampak kesehatan berbahaya dari PM2.5 jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya. Para peneliti menyimpulkan penyebab utama penyakit pernapasan dan kardiovaskular yakni PM2.5. Karena itu, hasil peelitian mendesak pengurangan batas atas untuk PM2.5 di Uni Eropa, yang saat ini ditetapkan pada 25 mikrogram per meter kubik atau 2,5 kali lebih tinggi dari pedoman WHO.

"Di Eropa, nilai maksimum yang diizinkan terlalu tinggi," kata Lelieveld dan rekan penulis Prof Thomas Munzel dari Departemen Kardiologi Universitas Medical Center Mainz di Jerman.

Munzel mengatakan negara Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada menjadikan pedoman WHO sebagai dasar untuk merumuskan undang-undang, yang juga diperlukan di UE. Di seluruh dunia, polusi udara menyebabkan 120 lebih banyak kematian dari setiap 100 ribu orang per tahun. Kematian di beberapa bagian Eropa berada pada tingkat yang lebih tinggi hingga 200 per 100 ribu orang.

"Untuk menempatkan (masalah) ini ke dalam perspektif, ini berarti polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian dalam setahun daripada merokok. Merokok itu bisa dihindari tetapi polusi udara tidak," kata Munzel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement