REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemilih milenial di DIY masih bingung menentukan pilihan untuk pemilu nanti. Koordinator Umum Komunitas Independen Sadar Pemilu (KISP), Moch Edward Trias Pahlevi mengatakan, sekitar 47 persen generasi milenial belum tahu akan berpartisipasi dalam Pemilu 2019 atau tidak. Jumlah tersebut diperoleh melalui penelitian kuantitatif tentang Perilaku Milenial Voters di Media Sosial dalam Merespon Pemilu Serentak 2019.
Data didapat dengan menyebar kuisioner dan wawancara terhadap pemilih milenial dengan rentang umur 17 sampai 36 tahun. Yang mana penelitian ini dilakukan terhadap generasi milenial yang merupakan penduduk asli DIY berdasarkan aktivitasnya di media sosial di Pemilu 2019.
Menurut Trias, beredarnya informasi hoaks dan ujaran kebencian menjadi salah satu alasan generasi milenial belum menentukan pilihannya. "Dibandingkan informasi yang mendidik pemahaman politik menjadi alasan masih banyaknya undecided voters," kata Trias.
Ia menjelaskan, generasi milenial di DIY relatif netral dalam pandangan politiknya. Mereka tidak begitu tertarik akan keriuhan yang saat ini terjadi di dunia politik Indonesia. Bahkan, generasi milenial saat ini lebih memfungsikan media sosial sebagai informasi. Tak jarang pula yang mengkritik pemerintah.
Dari temuan di lapangan, aplikasi Intagram yang banyak digunakan generasi milenial di DIY yaitu 86,75 persen. Setelah itu Whatsapp 65,5 persen dan disusul Facebook 63,75 persen.
"Setelah itu, Twitter 45,75 persen dan Line sebesar 38,5 persen," kata Trias.
Ketua Perencanaan, Data dan Informasi KPU DIY, Wawan Budiyanto mengatakan, pemilih milenial di DIY mencapai sekitar 800 ribu. Yang mana jumlah tersebut dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 2,7 juta.
"Itu angka cukup besar dan ini menjadi tantangan sendiri bagi penyelenggara Pemilu untuk memberikan informasi akurat terkait proses dan tahapan pelaksanaan Pemilu," kata Wawan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, Jumat (8/3).
Sementara, pemilih dari mahasiswa yang sudah didata mencapai 14.600 pemilih. Namun, jumlah tersebut belum semuanya terdata. Sehingga, pelayanan formulir A5 akan terus dilakukan dengan menyasar ke berbagai kampus maupun sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan agar pemilih milenial ini dapat menggunakan hak pilihnya.
"(14.600) Itu yang tahap pertama. Kita masih ada waktu sampai 17 maret. Jadi kita mengumpulkan dan membuka layanan A5. Kita ketahui datanya setelah ditotal pada 17 atau 18 Maret nanti," kata Wawan.
Wawan mengatakan, potensi mahasiswa dalam Pemilu juga terbilang tinggi. Bahkan, di DIY sendiri mahasiswa mencapai kurang lebih 300 ribu. "Tapi kan mungkin tidak semua menggunakan hak pilihnya di Yogya. Karena mungkin rumahnya dekat dengan DIY. Jadi 0,5 persen yang sudah mendaftar ke KPU DIY yang 14 ribu itu," ujarnya.