REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi dari University College London di Inggris menemukan bahwa warga berusia lanjut atau orang tua yang menghabiskan setidaknya 3,5 jam untuk menonton TV per hari mengalami penurunan signifikan dalam memori verbal. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports.
Para peneliti tersebut mengumpulkan dan menganalisis data selama lebih dari enam tahun dari English Longitudinal Study of Aging (ELSA) pada 3.662 orang dewasa berusia 50 tahun ke atas.
Para peserta penelitian diminta menghapal dan mengingat daftar kata-kata dalam waktu tertentu. Tes lain meminta mereka untuk mendaftar sebanyak mungkin contoh kategori, misalnya nama tempat dimulai dengan huruf A yang dapat mereka pikirkan dalam waktu tertentu.
Kemudian ditemukan bahwa orang-orang yang menonton TV selama 3,5 jam atau lebih per hari mengalami penurunan rata-rata 8 hingga 10 persen memori yang berhubungan dengan kata dan bahasa. Di sisi lain, orang yang menonton TV lebih sedikit per hari selama periode waktu yang sama memiliki penurunan memori verbal yang relatif lebih rendah yaitu 4 hingga 5 persen.
“Itulah efek menonton televisi di usia senja, dihipotesiskan menonton televisi berlebihan bisa berkontribusi pada perkembangan demensia atau pikun,” kata salah satu peneliti, Dr Daisy Fancourt dilansir The Indian Express, Selasa (5/3).
Berdasar pada penelitian tersebut, para peneliti percaya bahwa menonton TV dapat memengaruhi memori verbal melalui stres kognitif. Menurut mereka, tekanan semacam itu mungkin timbul dari sifat menonton TV yang waspada-pasif ditambah dengan efek psikologis menyaksikan adegan kekerasan, ketegangan dan grafik.
Penjelasan lain untuk temuan penelitian ini adalah bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan orang menonton TV, semakin sedikit kesempatan melakukan kegiatan yang bermanfaat secara kognitif. Seperti membaca, berinteraksi dan kegiatan budaya.
“Ini menyiratkan bahwa dampak negatif potensial dari menonton TV bukan hanya hasil dari efek langsungnya, tetapi juga karena menghilangkan kegiatan yang mempertahankan kemampuan kognitif, meskipun mereka juga tidak banyak bergerak,” tambah dia.
Kendati demikian dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa penelitian ini belum final, masih perlu dieksplorasi lebih lanjut dalam studi masa depan.