Ahad 03 Mar 2019 13:30 WIB

Bisnis Ayam Goreng Krispi Masih Menjanjikan

Bisnis ayam goreng krispi dijalankan perusahaan skala global sampai lokal

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Christiyaningsih
Ayam goreng
Foto: flickr
Ayam goreng

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Gerai penjual ayam goreng krispi di Kota Bandung terus menjamur. Hampir di setiap jalan besar bahkan sampai ke jalan komplek banyak penjual ayam krispi. Ini menunjukan persaingan antar pelaku usaha ayam favorit anak-anak itu pun semakin ketat.

CEO sebuah merek ayam goreng lokal Zainal Fahmi mengakui dunia bisnis ayam goreng krispi sangat ramai mulai dari pelaku besar berskala global hingga kecil. Bahkan, bisnis ini juga mulai disentuh oleh kalangan artis dan tokoh terkenal.

"Kami masih pemain baru tapi kuenya sangat besar jadi peluangnya masih sangat luas," ujar Zainal kepada wartawan di Bandung, Sabtu (2/3).

Menurut Zainal bisnis ayam goreng krispi masih menjanjikan terlihat dari respons positif masyarakat. Merek ayam goreng miliknya bernama Pin Chicken yang diresmikan 1 November 2018 lalu kini telah punya dua gerai. Agar bisa bersaing, produknya mengedepankan kualitas prima sehingga bisa memuaskan pelanggan.

Selain itu, kata dia, faktor harga yang terjangkau menjadi kunci utama untuk menyasar pangsa pasar menengah ke bawah. Kisaran harga di gerai ayam gorengnya mulai dari harga Rp 7.500 hingga Rp 125 ribu untuk paket lengkap. "Kami masuk ke pasar menengah ke bawah dan menyasar ke wilayah permukiman," tuturnya.

Zainal mengatakan agar bisnis bisa tumbuh lebih cepat, Pin Chicken menggandeng waralaba lain yakni d'Besto yang telah berpengalaman lebih lama. Kerja sama ini akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak karena punya pangsa pasar yang berbeda.

"Bunda Eva sebagai salah satu pemilik d'Besto telah support kita sejak lama mulai dari resep dan sharing pengalaman. Kini, kami pun didukung dari sisi operasional," katanya.

Tahun ini, Zainal menargetkan perusahaanya mampu membuka 60 gerai di Bandung dan Jakarta. Agar ekspansi semakin masif, pihaknya menerapkan sistem kemitraan dan waralaba.

Khusus untuk kemitraan, Pin Chicken membidik kalangan pekerja. Investasi yang dibutuhkan Rp 120 juta hingga Rp 350 juta dengan perhitungan break even point (BEP) dua tahun.

"Melalui program kemitraan, kami berupaya menumbuhkan pelaku UMKM," kata Zainal. Ia mengatakan investor tidak perlu capek ke lapangan karena pihaknya yang akan membantu mengelola. Bahkan laporan keuangan bisa dilihat secara real time.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement