REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradangan pada sendi atau Rheumathoid Arthritis (RA) termasuk penyakit sendi yang paling sering terjadi di dunia. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita, terutama di atas usia 40 tahun. Meski demikian, pria, gadis remaja, bahkan anak-anak tidak sedikit juga yang menderita RA.
Dokter Spesialis Rheumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr Anna Ariane mengemukakan, di Indonesia, RA juga termasuk penyakit yang paling sering terjadi. Bahkan menduduki peringkat pertama penyakit persendian paling banyak diderita, mengalahkan jumlah penderita penyakit lupus. Fakta itu merujuk data pasien di Departemen Penyakit Dalam, Rheumatologi di RSCM Jakarta.
"Setiap hari hampir ada 150-an pasien masalah sendi yang dirujuk ke RSCM. Dan hampir 40 persen pasien yang berobat ke RSCM merupakan penderita RA. Itu angka yang cukup tinggi," kata Anna di Jakarta, Sabtu (2/3).
Anna merinci beberapa gejala RA. Pada umumnya penderita mengalami radang pada sendi, rasa sakit sekujur tubuh, bengkak dan kaku pada persendian (sendi tangan atau kaki), bengkak kemerahan di persendian, jari-jari bengkok, atau mudah lelah tidak ada tenaga. “Nyeri sendi biasanya pada sendi-sendi kecil, pergelangan tangan, buku-buku jari tangan, sehingga bukan hanya nyeri tapi juga kaku,” jelas dia.
Menurut Anna, penyebab RA bisa dipicu oleh beberapa macam. Seperti faktor gen, keturunan, infeksi pada mulut dan gigi, pola hidup yang tidak sehat, merokok, dan sering mengonsumsi alkohol. Sementara terkait obat dan penyembuhan, penyakit RA memang tidak bisa disembuhkan secara total. Karena penyakit ini berkaitan dengan sistem antibodi atau imun pada tubuh manusia. Sehingga akan salah juga jika antibodi tersebut dimatikan.
“Jadi kami tidak mungkin matikan antibodi sendiri, jadi obat dan terapi hanya bisa mengontrol itu. Konsultasikan dengan dokter khusus rheumatologi dan nanti akan diberikan obat. Obat itu pun tujuannya untuk menahan agar sendinya tidak rusak,” kata anna.