Jumat 01 Mar 2019 17:41 WIB

Manfaat Balita Bermain dengan Teman Sebaya

Bermain dengan teman sebaya menjadikan anak belajar berinteraksi setara

Anak sedang bermain (Ilustrasi)
Foto: Foxnews
Anak sedang bermain (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak di antara balita kita ada di antara orang-orang dewasa di rumahnya. Sehari-hari balita berhadapan dengan ayah, ibu, tante-omnya, kakek nenek, atau asisten rumah tangga. Kadangkala rumah mereka pun berada di lingkungan yang tak banyak anak-anak. Apakah kondisi tersebut bisa memengaruhi tumbuh kembang anak?

Menurut psikolog Anna Surti Ariani sebetulnya anak-anak memang butuh orang dewasa dalam pengasuhannya. Orang dewasa yang dibutuhkan adalah orang dewasa yang matang, sayang kepada anak, juga konsisten dalam menjalankan pengasuhan. Jadi bukan orang dewasa yang labil.

Jika rumah dipenuhi dengan orang-orang dewasa seperti ini, maka anak mendapatkan manfaat sebesar-besarnya untuk perkembangannya. Misalnya, anak jadi belajar berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda-beda kepribadiannya. Anak juga dapat mengamati kerja sama atau interaksi yang terjalin di antara orang-orang dewasa.

Namun jika orang-orang dewasa yang ada selalu berganti (misalnya pembantu selalu berganti) atau orang dewasa yang ada adalah mereka yang saling membuat masalah atau terus bertengkar, maka anak justru mengalami kerugian dengan berada di dalam rumah keluarga besar. Contoh kerugian, jika orang dewasa selalu berganti (misalnya pengasuh terus berganti), maka aturan kemungkinan berganti juga. Anak jadi bingung dalam menaati. Padahal tiap berubah aturan, anak perlu fase adaptasi dulu.

Ada beberapa perbedaan keuntungan antara bermain dengan teman lebih tua, sebaya, dan lebih muda. Bermain dengan teman lebih tua, anak akan belajar mengikuti, mengobservasi, memantau, mencontoh, dan lain sebagainya. Bermain dengan teman lebih muda, membuat anak akan belajar menjadi pemimpin, mengayomi, dan menjaga. Sedangkan bermain dengan teman sebaya menjadikan anak belajar berinteraksi setara.

"Berbagai keterampilan sosial seperti berkenalan, berbagi, minta tolong, dan saling membantu sangat bisa berkembang pada saat anak bermain dengan teman sebayanya," ungkap Anna kepada Republika belum lama ini. Walaupun demikian, tetap penting bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lebih tua ataupun lebih muda karena ada manfaat yang didapatkan anak.

Saat bermain dengan teman-teman sebayanya (playing date) sebetulnya anak bisa dilepas secara alamiah. "Orang tua jangan terlalu khawatir. Karena kalau terlalu khawatir, anak justru menangkap kekhawatiran orang tua dan malah tidak bisa bermain secara lepas," jelas peraih gelar Magister Sains jurusan Psikologi Perkembangan Universitas Indonesia ini.

Akan tetapi orang tua selalu perlu tahu apa yang dilakukan anak-anak yang sedang bermain bersama dan di mana mereka melakukan kegiatannya. Jangan sampai ternyata anak-anak melakukan kegiatan yang berbahaya, saling bertengkar, atau saling menyakiti. Jangan sampai juga anak bermain di tempat yang berbahaya.

"Semakin kecil usia anak, maka semakin perlu pendampingan orang dewasa walaupun bukan menempel pada anak. Harus tetap sedikit berjarak," kata Anna. Semakin besar usia anak maka pendampingan bisa lebih longgar. Akan tetapi tetap perlu diketahui aktivitasnya oleh orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement