Kamis 28 Feb 2019 22:56 WIB

Singkong dan Daun Kedondong Solusi Masalah Gizi Indonesia

Singkong bisa menjadi pengganti nasi untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat.

Warga saat panen singkong yang ditanam di bantaran Kanal Banjir Timur (KBT), Pondok Kopi, Jakarta, Selasa (4/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga saat panen singkong yang ditanam di bantaran Kanal Banjir Timur (KBT), Pondok Kopi, Jakarta, Selasa (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan pangan lokal seperti singkong dan daun kedondong bisa menjadi salah satu solusi mengatasi masalah gizi di Indonesia.

Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Ahmad Fathoni, Kamis (28/2), mengatakan singkong bisa menjadi salah satu pangan pokok pengganti nasi untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Singkong merupakan salah satu komoditas pangan karbohidrat yang sangat mudah didapat untuk konsumsi maupun bahan baku industri. Tanaman ini memiliki sifat yang fleksibel karena dapat tumbuh dan berproduksi di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi pada tanah dengan pH asam hingga alkalin.

Beberapa bibit unggul yang telah dihasilkan salah satunya adalah jenis Carvita hasil pemuliaan melalui metode varian somaklonal dan beberapa jenis lainnya. Jenis ini sangat potensial dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan bernutrisi karena memiliki kandungan beta karoten yang tinggi.

Selain pembibitan, LIPI juga mengembangkan singkong sebagai bahan pangan berkualitas melalui pengolahan pascapanen untuk menghasilkan produk tepung termodifikasi (mocaf) kaya beta-karoten, salah satunya untuk bahan baku pembuatan mie sayur.

Inovasi ini merupakan upaya mempertahankan kualitas nutrisi bahan pangan untuk berbagai produk olahan makanan. Berbicara mengenai kasus stunting atau kekerdilan pada anak Indonesia yang mencapai 30,8 persen, Ahmad menjelaskan singkong bisa menjadi salah satu sumber karbohidrat yang bergizi tinggi.

Pada singkong jenis tertentu terdapat kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh selain karbohidrat seperti vitamin, dua zat mineral yaitu zat besi dan zink, serta protein meski dalam kadar yang rendah. Peneliti Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bali Wawan Sujarwo mengemukakan kolaborasi riset antara Pusat Penelitian Biologi dan Kebun Raya Bali saat ini telah dikembangkan riset kedondong hutan (Spondias pinnata).

Dari hasil uji, daun kedondong hutan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat serta mengandung sejumlah besar senyawa fenolik untuk menangkal radikal bebas.

Wawan menambahkan, masyarakat Bali telah menggunakan antioksidan dan polifenol dari daun kedondong hutan sebagai bagian dari pengobatan tradisional mereka selama berabad-abad untuk pencegahan dan pengobatan diabetes. Mereka biasanya mengonsumsi daun kedondong segar sebagai sayuran atau direbus terlebih dahulu sebagai minuman obat tradisional atau loloh.

Wawan meneliti minuman obat tradisional bernama loloh tersebut karena salah satu desa wisata di Bali, yaitu Desa Panglipuran di Kabupaten Bangli, telah memproduksinya dan dijual pada wisatawan. Dia menyebut minuman tradisional loloh tersebut bisa mencegah seseorang terkena penyakit diabetes karena mampu mengendalikan kadar gula dalam darah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement