Selasa 26 Feb 2019 16:36 WIB

Ratusan Kuda Ramaikan Festival Pasola di Sumba Barat

Festival Pasola digelar setahun sekali di Sumba Barat.

Festival Pasola. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Ignas Inyas Kunda
Festival Pasola. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WAIKABUBAK -- Sebanyak 200 ekor kuda turut maramaikan Festival Pasola yang digelar di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Selasa (26/2) siang. Para peserta yang terlibat dalam acara tersebut adalah mereka yang sudah terbiasa dengan acara pasola tersebut.

"Mereka (para peserta pasola) sudah terbiasa dalam acara Pasola sehingga akan menjadi hal biasa buat mereka," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat, Charles Herman Weru kepada Antara Selasa (26/2).

Baca Juga

Charles menjelaskan bahwa bagi mereka yang memiliki kuda, sudah menjadi kewajiban untuk ikut dalam tradisi yang dilakukan setelah pemanggilan Nyale (caing laut) oleh para Rato. Pasola merupakan acara satu tahun sekali di Wanokaka.

"Karena itu, bagi mereka pemilik kuda, bertarung di arena pasola adalah sebuah kewajiban," ujarnya.

Wanokaka adalah salah satu desa terpencil dan terpesolok yang berjarak sekitar 70-an kilometer dari Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat. Menurut dia, berkat Pasola, desa terpencil itu kini dikenal banyak orang bahkan sampai ke seluruh penjuru dunia lewat para wisatawan mancanegara yang sempat menyaksikan acara Pasola di Wanokaka.

Pelaksaan Pasola sangat berkaitan dengan hasil panenan yang akan didapat oleh warga di Kecamatan Wanokaka. Berdasarkan kepercayaan Marapu, jika dalam kegiatan pasola ada yang menjadi korban seperti mengalami kecelakaan saat ditombak maka akan memberikan hasil yang baik bagi hasil pertanian di daerah itu.

Rato atau imam besar dari Kepercayaan Merapu, Rato Waigali Mawu Hapu, menjelaskan kepercayaan itu perlahan-lahan mulai memudar karena perkembangan zaman. "Biasanya akan ada tumbal jika ada Pasola, tetapi itu sudah terjadi pada puluhan tahun yang lampau," ujarnya.

Rato Waigali mengungkapkan peserta Pasola adalah masyarakat yang memang punya keinginan sendiri untuk turun bertarung di arena pasola. Mereka melakukannya karena tak mau kehilangan budayanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement