REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Polah dan pernyataan sikap sineas Amerika Serikat, Spike Lee, menyita perhatian di ajang penghargaan Oscar, Ahad (24/2) waktu setempat. Salah satunya, saat ia tampak tidak senang dan beranjak dari kursinya ketika kemenangan Green Book sebagai Best Picture diumumkan.
Namun, rupanya bukan kru Green Book yang terpancing emosinya dengan sikap Lee. Adalah Presiden AS Donald Trump yang menunjukkan ketidaksenangannya terhadap Lee, terkait pidatonya di Academy Awards.
Lee berkesempatan berpidato saat menerima Piala Oscar untuk pertama kalinya dalam 20 tahun kariernya berkat film drama BlacKkKlansman yang turut ia tulis. BlacKkKlansman juga memuat cuplikan rekaman Trump setelah meletusnya protes supremasi kulit putih tahun 2017 di Charlottesville, Virginia.
Sebetulnya, Lee tak menyebut nama Trump dalam pidatonya. Ia hanya bercerita tentang sejarah keluarganya. Namun, Lee kemudian juga memanfaatkan panggung Oscar untuk memobilisasi pemilih pada pemilu 2020.
Melalui akun Twitter-nya, Trump mengatakan pidato Lee sebagai rasialis, terutama terhadap dirinya yang berkulit putih.
Trump menilai seyogianya Lee lebih bijak dalam pidatonya. Atau lebih baik lagi Lee tidak harus menggunakan catatan sama sekali, ketika berniat berkomentar rasis.
"Tidak perlu membuat catatan sema sekali jika ingin melakukan serangan rasialis terhadap Presiden Anda yang telah berbuat lebih banyak untuk orang Afrika-Amerika (Reformasi Peradilan Pidana, angka Pengangguran Terendah dalam Sejarah, Pajak Pemotongan, dan lain-lain)," begitu cicitan Trump pada Senin (25/2), seperti dilansir USA Today, Selasa (26/2).
Be nice if Spike Lee could read his notes, or better yet not have to use notes at all, when doing his racist hit on your President, who has done more for African Americans (Criminal Justice Reform, Lowest Unemployment numbers in History, Tax Cuts,etc.) than almost any other Pres!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) February 25, 2019
Meskipun pidato Lee fokus terkait sejarah perbudakan, namun sineas kelahiran 1957 itu menutup pidato dengan menggebu-gebu terkait Pemilu 2020 mendatang. "Pemilihan presiden 2020 akan segera tiba. Mari kita semua bergerak. Mari kita semua berada di sisi kebenaran sejarah. Buat pilihan moral antara cinta versus benci. Mari kita lakukan hal yang benar! Kamu tahu aku harus mendapatkannya di sana," kata Lee mengutip kata-kata dalam filmnya.
Menurut Lee, tanggal 24 Februari adalah tanggal ironi dalam sejarah. Februari juga merupakan bulan terpendek dalam setahun, yang juga merupakan bulan Sejarah Hitam. Berikut pidato lengkap Lee.
"Tahun 2019. Tahun 1619. Sejarah. Kisahnya. 1619. 2019. 400 tahun. Empat ratus tahun. Nenek moyang kita dicuri dari Alam Africa dan dijual ke Jamestown, Virginia, diperbudak. Nenek moyang kita bekerja dari pagi buta hingga malam kelam. Nenek saya, (audio kurang jelas terdengar), yang hidup sampai 100 tahun merupakan lulusan Spelman College meskipun ibunya adalah seorang budak. Nenek saya yang menabung cek Jaminan Sosial selama 50 tahun untuk menempatkan cucu pertamanya yang dia panggil Spikie-poo ini di Morehouse College dan NYU Jurusan Perfilman. NYU!
Malam ini, saya memuji leluhur kita yang telah membangun negara ini menjadi seperti sekarang ini seiring dengan genosida terhadap penduduk asli. Kita semua terhubung dengan leluhur kita. Kita akan mendapatkan kembali cinta dan kebijaksanaan, kita akan mendapatkan kembali kemanusiaan kita. Itu akan menjadi momen yang kuat. Pemilihan presiden 2020 akan segera tiba. Ayo semuanya bergerak. Mari kita semua berada di sisi kebenaran sejarah. Buat pilihan moral antara cinta versus benci. Mari kita lakukan hal yang benar! Anda tahu saya harus bicara ke sana."