Sabtu 23 Feb 2019 06:24 WIB

Cegah Depresi dengan Pola Makan Sehat

Depresi telah menyebabkan masalah-masalah fisiologis

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Esthi Maharani
Depresi
Depresi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pencernaan mungkin bukan menjadi tempat asal mula munculnya depresi. Namun seorang filsafat, George Porter Philips menunjukkan bahwa dugaan tersebut salah.

Saat mengunjungi Bethlem Royal, salah satu rumah sakit terkenal di London, Philips mengamati bahwa penderita melancholia sering menderita sembelit parah, dan penyumbatan metabolime tubuh, seperti kuku yang rapuh, kerontokan rambut dan rambut yang memutih.

Asumsi alami dari gejala ini adalah, depresi telah menyebabkan masalah-masalah fisiologis, tetapi Phillips tidak berpikir sama. Dia justru menganggap bahwa dengan mengatur pola makan dan kesehatan usus, maka gejala melancholia dapat diminimalisir.

Untuk mengetahuinya, Philips memberi makan para pasien dengan diet tanpa daging, kecuali ikan. Dia juga menawari mereka minuman susu fermentasi yang dikenal sebagai kefir, yang mengandung bakteri lactobacillus, mikroba ramah yang sudah dikenal untuk memudahkan pencernaan.

Hebatnya, itu berhasil. Dari 18 pasien yang diuji Phillips, 11 sembuh total, dengan dua lainnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selanjutnya Philips menunjukkan beberapa bukti pertama bahwa bakteri usus dapat memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan mental.

"Tidak ada perdebatan, dalam pikiran saya, bahwa mikroba mempengaruhi kesehatan mental," kata Jane Allyson Foster, pemimpin penelitian keterkaitan kesehatan usus dengan kesehatan mental di McMaster University, Kanada. Dia juga mengatakan bahwa menjaga kesehatan perut dapat membantu menyembuhkan kesehatan otak.

"Ada potensi baik untuk pengembangan terapi baru dan untuk pengobatan presisi," sambut Foster.

Foster menekankan bahwa usus yang tidak sehat hanyalah salah satu dari banyak kemungkinan penyebab penyakit mental, artinya hanya sebagian pasien yang akan merespons dengan baik terhadap perawatan "psikobiotik" yang baru. Tetapi bagi pasien yang menderita ketidakseimbangan dalam bakteri usus mereka, terapi baru ini mungkin membawa bantuan yang sangat dibutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement