Jumat 22 Feb 2019 13:56 WIB

Tips Berwisata Nyaman untuk Pengidap Spektrum Autisme

Pengidap spektrum autisme bisa melancong tanpa kendala.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ani Nursalikah
Liburan (Ilustrasi)
Foto: ABCNews
Liburan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengidap gangguan spektrum autisme akan memiliki cara berbeda dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, bukan berarti pengidapnya tidak bisa melancong atau berwisata dengan nyaman.

Seperti disiarkan laman Reader's Digest, penulis Inggris Lydia Wilkins membagikan tips agar pengidap spektrum autisme bisa melancong tanpa kendala. Wilkins juga memberikan kiat untuk orang nonautis yang hendak mendampingi liburan.

Baca Juga

Dia mengatakan, perencanaan sebelum melakukan perjalanan adalah hal krusial. Kemas semua barang yang perlu dibawa dengan cermat, serta tuliskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama perjalanan. Pesan hotel dan moda transportasi sejak jauh-jauh hari.

Tips lain dari Wilkins, yaitu memaksimalkan fasilitas untuk rekan difabel berkebutuhan khusus yang disediakan di tempat umum. Sejumlah bandara di kota-kota besar sudah ramah difabel. Tidak perlu ragu menyampaikan kepada staf bahwa Anda berkebutuhan khusus.

Bandara Stansted di London, Inggris, misalnya, menyediakan gelang lanyard untuk rekan difabel agar staf bisa mengidentifikasi dan segera memberi bantuan saat dibutuhkan. Bandara Gatwick memiliki fasilitas panduan visual dan ruang sensorik.

Idealnya, pengidap autis bepergian bersama pendamping yang bisa membantu mengatasi suasana serta stimulus baru di lokasi tujuan. Bila tidak memungkinkan, orang dengan autisme bisa membawa Autism Alert Card yang akan membantu menjelaskan kondisi kepada sekeliling.

Pengidap autis sangat mungkin mengalami meltdown, yang serupa tantrum tapi sebenarnya merupakan keresahan karena merasa tidak berdaya. Meltdown ditandai dengan menangis, menjerit, menggaruk, memukul, menendang, atau menggigit kuku.

Salah satu cara mencegah meltdown adalah dengan mengalihkan perhatian. Pengidap autisme bisa menyibukkan diri dengan mainan khusus seperti fidget spinner, fiddle pencil, atau fidget dice selama perjalanan atau saat pesawat lepas landas.

Membawa penyuara kuping juga termasuk tips penting. Segera pakai headphone saat lingkungan mulai terdengar terlalu bising. Waspadai pula sensitivitas sensorik lain, seperti kepekaan terhadap warna, cahaya, serta hal asing.

Untuk orang yang mendampingi wisata pengidap spektrum autisme, Wilkins menyarankan untuk selalu sabar. Menggertak, berteriak, dan bersikap tidak sabar tidak akan membantu situasi, terutama, jika pengidap autis sedang mengalami krisis.

Berkomunikasilah dengan jelas dan langsung merujuk ke pokok masalah. Gunakan suara dengan intonasi tenang, dan ajukan pertanyaan sederhana. Cobalah untuk tidak memakai istilah metaforik karena pengidap autisme bisa kesulitan menafsirkannya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement