Rabu 20 Feb 2019 21:00 WIB

Menjajal Skytrain dan MRT di Ibu Kota Negeri Gajah Putih

BTS Skytrain dan MRT memudahkan warga Bangkok dan turis asing berpindah tempat.

BTS Skytrain di Bangkok, Thailand.
Foto:
Penumpang MRT mengantre masuk kereta saat jam sibuk di salah satu stasiun MRT di Bangkok, Thailand.

BTS Skytrain dan MRT terhubung di beberapa stasiun, seperti Asok dan Si Lom sehingga penumpang dapat berganti moda transportasi secara mudah. Stasiunnya memang berbeda, tapi dibuat berdekatan atau setidaknya mudah diakses dengan jembatan yang saling menghubungkan antarstasiun.

Ada pula stasiun BTS Skytrain yang tidak terhubung langsung dengan stasiun MRT, tetapi jembatannya dibuat hanya berjarak beberapa puluh langkah dari pintu masuk MRT. Contoh ini bisa dilihat di stasiun BTS Mo Chit yang lokasinya sangat dekat dengan stasiun Chatuchak Park.

Stasiun ini ramai dikunjungi turis yang ingin mendatangi pasar Chatuchak pada akhir pekan. Jembatan dari pintu keluar BTS ada juga yang bercabang, menghubungkan penumpang ke sebuah pusat perbelanjaan atau mengarah ke halte untuk mereka yang ingin melanjutkan perjalanan dengan bus.

Budaya antre

Budaya antre sudah mengakar di masyarakat Bangkok. Mereka otomatis berbaris rapi menanti kereta, bersabar menunggu penumpang dalam kereta keluar dari gerbong sebelum menjejakkan kaki ke dalam.

Contoh yang jelas bisa dilihat di stasiun Siam, salah satu stasiun tersibuk di mana antrean mengular panjang namun langsung menyusut ketika kereta tiba. Itu terjadi berulang-ulang, tapi tak pernah ada penumpukan penumpang karena kereta datang silih berganti dalam interval yang tidak terlalu lama.

Kondisi gerbong penuh (meski standarnya berbeda dengan kepadatan kereta Bogor-Jakarta pada jam berangkat dan pulang kerja) di Bangkok relatif 'ramah' untuk penumpang yang membawa barang besar seperti koper atau kereta bayi. Meski berdesakan, setidaknya masih ada sedikit ruang untuk bergerak menuju pintu keluar. Jika memang tidak muat, tidak masalah menunggu sebentar karena frekuensi kedatangan kereta hanya berselang beberapa menit.

Kursi-kursi prioritas pun kerap dikosongkan dan diberikan pada lansia, ibu hamil, difabel atau ibu dengan anak kecil. "Kami tidak pernah langsung (secara formal) diajari untuk disiplin. Kami juga tidak sedisiplin negara lain, misalnya Jepang. Tapi kami belajar untuk lebih menghargai orang lain, melihat contoh-contoh yang baik dan belajar dari situ," kata Im.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement