REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengimbau orang tua bisa mencegah anak agar tidak ikut geng motor. "KPAI mengimbau orang tua memberikan perhatian penuh pada anak-anak dan memberikan rasa nyaman sehingga anak-anak merasa diterima oleh orang tua," kata Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati kepada wartawan di Jakarta, Rabu (20/2).
Komentar Rita itu muncul seiring adanya keterlibatan anak yang sudah menjalani pidananya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), tapi justru kembali menjadi panglima geng motor di Jakarta Barat. Atas hal itu, dia meminta meminta Dirjen Pemasyarakatan melakukan proses pembinaan yang lebih lagi bagi anak-anak di LPKA.
Selain itu, proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial pasca-anak keluar dari LPKA perlu ditingkatkan proses dan kualitasnya, termasuk bagaimana memampukan orang tua untuk dapat mengasuh anak. Tidak kalah penting, lanjut dia, bagaimana ada proses masyarakat dapat menerima keberadaan anak tersebut sehingga setelah keluar dari LPKA tidak lagi terlibat dalam tindak pidana.
"Semoga tidak terjadi lagi aksi-aksi geng motor yang menghabisi nyawa orang," katanya.
Rita mengatakan prihatin dengan banyaknya keterlibatan anak dalam peristiwa geng motor. Keterlibatan anak dalam geng motor sebenarnya adalah bentuk pencarian identitas diri tapi dengan cara yang tidak tepat.
Anak-anak itu terlibat geng motor karena merasa ingin diakui keberadaan dan eksistensi dirinya di kelompok. "Banyak anak merasa komunikasi orang tua dengan anak hanya ngomel melulu, jarang diapresiasi sehingga anak merasa lebih nyaman di luar rumah dan mencari eksistensi diri dengan cara yang tidak tepat, salah satunya geng motor," kata dia.
Orang tua perlu mencari anak-anaknya jika pukul sembilan malam belum sampai di rumah karena peristiwa geng motor banyak terjadi dini hari hingga subuh. Temuan Polres Jakarta Barat menunjukkan anggota geng motor mengonsumsi narkoba dan zat terlarang lainnya. Itu merupakan bukti efek buruk, halusinasi serta hilangnya akal sehat akibat mengkonsumsi narkoba dan zat terlarang lainnya.
"Oleh karena itu, orang tua khususnya dan sekolah, perlu memberikan aktivitas yang positif dan fasilitasnya sehingga anak tidak mencari aktivitas yang negatif dan mengonsumsi narkoba," kata dia.