Selasa 19 Feb 2019 17:26 WIB

Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Makanan, Caranya?

Peningkatan konsumsi buah berkaitan dengan kesehatan mental dan kepuasan hidup

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Konsumsi makanan sehat dan olahraga membantu menjaga daya tahan tubuh.
Foto: Republika/Prayogi
Konsumsi makanan sehat dan olahraga membantu menjaga daya tahan tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengonsumsi banyak buah dan sayur memiliki dampak positif bagi kesehatan fisik. Namun ini bukan satu-satunya kebaikan dari mengonsumsi banyak buah dan sayur. Pola makan yang kaya akan buah dan sayur juga dapat memberi manfaat positif bagi kesehatan mental.

Sebelumnya, manfaat konsumsi buah dan sayur terhadap kesehatan mental pernah diteliti pada 2016 lalu di Australia. Namun peneliti dari UK Household Longitudinal Study ingin membuktikan temuan ini dalam skala yang lebih besar dengan melibatkan lebih dari 40 ribu partisipan.

Baca Juga

Studi berskala besar ini menunjukkan hasil yang sama. Peningkatan konsumsi buah dan sayur berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan mental dan rasa kepuasan terhadap hidup. 

Menurut penelitian ini, menambahkan satu porsi buah dan sayur ke dalam pola makan memiliki manfaat terhadap kesehatan mental yang sama baiknya dengan menambahkan aktivitas berjalan kaki sebanyak tujuh hingga delapan hari per bulan. Satu porsi ini setara dengan satu cangkir sayuran mentah, setengah cangkir sayuran matang maupun buah potong, atau satu buah utuh.

Dengan kata lain, temuan ini menunjukkan bahwa kesehatan mental juga bisa ditingkatkan dengan sesuatu yang sederhana seperti menambah jumlah konsumsi buah atau salad setiap hari.

"Hasil penelitian ini memberikan semangat," ungkap peneliti Neel Ocean dan Peter Howley seperti dilansir CNN.

Penelitian ini tidak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat antara peningkatan konsumsi buah dan sayur dengan kesehatan mental. Meski begitu, studi pada 2016 yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa jumlah porsi konsumsi buah dan sayur per hari dapat memperdiksi apakah seseorang akan terdiagnosis dengan depresi atau kecemasan dua tahun kemudian.

"Tapi hal sebaliknya tidak berlaku. Terdiagnosis depresi tidak dapat menjadi prediktor kuat untuk mengetahui konsumsi buah dan sayur dua tahun kemudian," jelas Ocean dan Howley mengutip studi yang dilakukan di Australia pada 2016.

Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, beragam penemuan saat ini telah mengindikasikan bahwa konsumsi buah dan sayur berkaitan secara positif dengan tingkat kesejahteraan mental. Namun bukan berarti konsumsi buah dan sayur dapat menggantikan peran terapi medis yang dibutuhkan oleh penderita masalah kesehatan mental.

"Kami tidak menyarankan konsumsi buah dan sayur sebagai pengganti dari terapi medis," terang Ocean dan Howley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement