Selasa 19 Feb 2019 13:52 WIB

Singapura Kota Paling Ramah Milenial, Ini Hitung-hitungannya

Perekonomian Singapura yang pesat memberikan peluang kerja yang kuat bagi kaum muda.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Salah satu sudut Kota Singapura.
Foto: AP
Salah satu sudut Kota Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum milenial memang tengah naik daun dan menjadi sorotan saat ini. Selain karena jumlahnya yang banyak, generasi milenial termasuk motor masa depan suatu negara.

Menurut studi terbaru, dilansir Business Insider, Singapura saat ini menjadi kota paling ramah di Asia-Pasifik. Firma riset ValueChampion menganalisis berbagai data publik dan menobatkan 20  kota Asia-Pasifik yang paling cocok untuk milenial berdasarkan prospek pekerjaan, biaya hidup, dan kualitas hidup.

Baca Juga

Setelah Singapura, daftar kota lainnya adalah Tokyo, Hong Kong, Guangzhou dan Melbourne. Singapura dinilai menjadi kota terbaik bagi milenial yang ingin membangun karier dan menikmati kualitas hidup yang luar biasa.

"Analisis menunjukkan bahwa perekonomian Singapura yang berkembang pesat memberikan peluang kerja yang kuat bagi kaum muda," kata analis riset senior perusahaan, William Hofmann.

Kota Singa memiliki kesenjangan upah gender terendah dan tingkat pengangguran terendah kedua di antara 20 kota, secara keseluruhan 2,2 persen dan 3,96 persen untuk kaum muda. Ini berarti mungkin lebih mudah untuk menemukan pekerjaan bergaji baik di kota tersebut. Faktor lain yang membuat Singapura menonjol adalah keanekaragaman bahasa dan reputasinya sebagai pusat keuangan global dan lokasi yang ideal untuk pemula.

Sedangkan Hong Kong menyusul mendapat skor bagus karena ekonominya yang kuat dan tingkat pengangguran yang rendah, keseluruhannya adalah 2,8 persen dan 8,12 persen untuk kaum muda. Para peneliti di perusahaan yang berbasis di Singapura juga menyoroti indikator kesehatan "sangat baik" di Hong Kong, termasuk usia harapan hidup yang panjang yaitu 84,2 tahun.

Namun, kota ini memiliki peringkat individu yang lebih rendah untuk biaya hidup (kesembilan) dan kualitas hidup (keenam). Diperkirakan bahwa penduduk menghabiskan sekitar 31 persen dari gaji mereka untuk sewa tempat tinggal, yang dapat menghambat kaum muda.

Studi ini berfokus menganalisis biaya perumahan hingga menggunakan harga rata-rata satu liter bir sebagai proksi untuk biaya hiburan, guna menentukan ukuran biaya hidup. Adapun Guangzhou, di provinsi Guangdong Cina, berhasil masuk lima besar terutama karena menjadi salah satu kota yang bisa dianggap paling terjangkau.

"Kami menemukan bahwa Guangzhou adalah kota yang sangat terjangkau berdasarkan PDB per kapita yang relatif tinggi di Cina dan harga sewa dan bir yang sangat rendah," kata Hofmann.

Rata-rata penduduk di Guangzhou menghabiskan sekitar 22 persen dari pendapatan mereka untuk sewa, kota termurah kedua untuk membeli bir, dengan biaya 0,9 dolar AS per liter. Sebaliknya, Hong Kong menjadi kota penjual bir termahal, dengan rata-rata 8,97 dolar AS per liter.

Metodologi penelitian ini didasarkan pada data dari sumber-sumber seperti Bank Dunia, Deutsche Bank dan Organisasi Kesehatan Dunia. Beberapa faktor utama yang dipertimbangkan dalam analisis ini adalah tingkat pertumbuhan PDB, PDB per kapita, tingkat pengangguran, dan rata-rata sewa bulanan untuk ruang hidup 39 meter persegi.

Temuan didefinisikan bagi siapa pun bagi milenial yang lahir antara 1981 dan 1996 atau orang berusia 23 hingga 38 tahun di 2019 berdasarkan definisi di Pew Research Center.

Hofmann mengakui bahwa analisis tersebut memiliki keterbatasan dan disederhanakan untuk menggambarkan secara luas keterjangkauan, kemampuan hidup dan pasar kerja. Karena semakin banyak anak muda memilih untuk pindah dan mencari peluang karier yang lebih baik di luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement