Kamis 31 Jan 2019 09:23 WIB

Alasan Ilmiah di Balik Fenomena Mengantuk Setelah Makan

Penelitian menemukan pilihan makanan mempengaruhi kondisi 'koma makanan'.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Wanita sedang makan
Foto: pexels
Wanita sedang makan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merasa ingin tertidur sehabis makan merupakan fenomena yang biasa bagi kebanyakan orang. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada manusia, peneliti telah menemukan bukti 'kantuk setelah makan' atau juga dikenal sebagai koma makanan pada serangga, ular, cacing, dan tikus.

"Konservasi perilaku ini di seluruh spesies menunjukkan itu sangat penting untuk sesuatu," kata profesor ilmu saraf di Scripps Research Institute di Florida William Ja, dikutip dari Time, Kamis (31/1).

Baca Juga

Beberapa ahli berhipotesis hewan, termasuk manusia, memiliki sinyal kewaspadaan bawaan yang membuat mereka tetap terjaga dan waspada saat lapar. Sinyal-sinyal ini membantu mereka menemukan dan memperoleh makanan. Karena itu begitu seekor binatang atau manusia makan banyak, sinyal kewaspadaan ini menghilang dan digantikan oleh perasaan lelah.

Ada teori lain yang menyatakan, perubahan sirkulasi darah pasca-makan dapat menjelaskan mengapa makan membuat beberapa orang mengantuk. Profesor ilmu kesehatan di Universitas Kyorin Jepang Dr. Tomonori Kishino menemukan aliran darah ke usus kecil meningkat secara drastis setelah seseorang makan. Sehingga ketika darah dipompa ke usus untuk memicu pencernaan, penurunan aliran darah yang sesuai ke otak dapat memicu perasaan kantuk.

Beberapa penelitian terdahulu terhadap hipotesis ini menyimpulkan aliran darah ke otak tidak berubah setelah seseorang makan. Namun, beberapa karya Kishino baru-baru ini menemukan, di antara orang-orang yang melewatkan sarapan, satu aliran darah otak menurun drastis setelah mereka makan siang.

Sementara para ilmuwan masih mencari tahu persis mengapa koma makanan terjadi, mereka sudah mulai memikirkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelelahan pasca-makan. Konsumsi makanan besar mungkin menjadi salah satu pemicu.

Penelitian Ja pada lalat buah menunjukkan bahwa ukuran makanan adalah pendorong kuat kantuk pasca-makan. Begitu juga makanan yang sarat dengan garam atau protein.

Tapi, mengapa? Ja mengatakan, satu gagasan yang sudah lama dipegang adalah tidur entah bagaimana membantu pencernaan. Salah satu penelitiannya yang belum dipublikasikan menemukan tidur mengubah cara serangga menyerap zat gizi makro tertentu, termasuk protein.

"Ini akan mendukung gagasan bahwa kantuk pasca-makan mempengaruhi penyerapan nutrisi usus," kata Ja.

Ja menunjukkan karyanya mungkin tidak diterjemahkan ke manusia. Namun, beberapa temuannya seperti gagasan makanan tertentu lebih mungkin menyebabkan kelelahan daripada yang lain cocok dengan beberapa penelitian terbaru tentang manusia.

Masih ada banyak ketidakpastian dan kontradiksi dalam hal makanan tertentu dan pengaruhnya terhadap kelelahan pasca makan. "Beberapa penelitian pada manusia menunjukkan efek setelah makan, tetapi yang lain tidak," kata Ja.

Penelitiannya dalam lalat, katanya, membantu menjelaskan mengapa banyak penelitian koma makanan pada manusia sangat tidak meyakinkan. “Kita bisa melihat [efek yang diamati] karena kita menggunakan ratusan lalat dan ribuan makanan. Namun, angka-angka ini jelas jauh lebih sulit dan lebih mahal untuk ditiru pada manusia."

Jika ingin mencegah koma makanan, saran terbaik adalah konsumsi makanan yang lebih kecil. Taktik ini mungkin sangat efektif saat makan siang. Pergeseran ritme sirkadian tubuh yang dapat diprediksi cenderung membuat orang merasa mengantuk di sore hari, ketika seseorang makan siang dengan porsi besar, maka akan terserang rasa kantuk luar biasa setelahnya.

Cara lain yang bisa diambil dengan memilih jenis makanan yang dikonsumsi. Sebuah studi kecil pada tahun 2018 mengenai sopir truk menemukan, mereka yang makan makanan kaya sayuran dan lemak dari makanan seperti minyak zaitun dan susu cenderung lebih sedikit mengalami kantuk setelah makan. Kondisi tersebut dibandingkan dengan pengemudi yang makan makanan modern yang banyak mengandung daging olahan, makanan cepat saji dan minuman ringan.

"Hasil kami menunjukkan diet sehat menghasilkan kantuk yang rendah di siang hari," kata salah satu penulis penelitian itu dan peneliti fakultas di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas São Paulo di Brasil Claudia Moreno.

Studi itu menunjukkan beberapa penelitian yang lebih tua yang menunjukkan asupan lemak atau karbohidrat berat berpotensi memicu kantuk dengan mengganggu ritme tidur sirkadian alami tubuh. Sementara itu, sebuah studi tahun 2018 menemukan, makanan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat menyebabkan kantuk dan peningkatan pada beberapa penanda inflamasi, terutama di kalangan orang dewasa yang gemuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement