REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanyakan siapa saja yang pernah merasa lebih baik setelah berolahraga? Ketika mereka menjawab iya, itu bukan hanya sekadar perasaan saja, sebab olahraga memiliki kaitan erat dengan kesehatan mental.
Secara ilmiah, perasaan membaik ketika selesai berolahraga memang terbukti. Banyak penelitian telah menemukan aktivitas fisik dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena depresi.
Tapi, apakah olahraga benar-benar mencegah depresi atau apakah orang yang tidak mengalami depresi lebih cenderung bergerak aktif? Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam JAMA Psychiatry menyoroti pertanyaan itu.
Dengan menggunakan data genetik lebih dari 600 ribu orang dewasa yang terdaftar dalam berbagai studi asosiasi genom, para peneliti menemukan lebih banyak bukti daripada sebelumnya. Aktivitas fisik memang memainkan peran penting dalam mengurangi risiko depresi.
Para peneliti melihat satu atau lebih dari beberapa ukuran yang berbeda, genom orang, riwayat medis mereka tentang depresi, gejala depresi, dan berapa banyak aktivitas fisik yang mereka lakukan melalui pelacak. Melalui perbandingan informasi ini, mereka mengidentifikasi beberapa varian gen yang terkait dengan kemungkinan seseorang untuk berolahraga dan dengan kemungkinan seseorang mengalami depresi.
Orang-orang yang memiliki penanda genetik yang dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk berolahraga memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi. Namun, orang-orang dengan penanda depresi tidak kurang mungkin untuk berolahraga.
Temuan ini menunjukkan olahraga dapat melindungi dari depresi. Namun, depresi tidak secara inheren membuat seseorang lebih jarang berolahraga.
"Aktivitas fisik baik untuk banyak hal. Ini mungkin memiliki manfaat tidak hanya untuk semua jenis aspek kesehatan Anda, tetapi juga sepertinya, risiko Anda terkena depresi," kata penulis studi Jordan Smoller, dikutip dari Time, Senin (28/1).
Penelitian baru ini hanyalah studi terbaru yang mengatakan olahraga dapat mencegah depresi. Olahraga bukanlah obat untuk masalah kesehatan mental, dan depresi itu sendiri dapat menjadi penghalang untuk mendapatkan aktivitas fisik yang cukup.
Banyak orang yang mengalami depresi merasa sulit untuk berolahraga karena alasan termasuk efek samping antidepresan seperti kelelahan dan kenaikan berat badan. Sementara olahraga bukanlah solusi yang sempurna untuk depresi, penelitian itu menunjukkan dapat membuat perbedaan.
Satu tinjauan terhadap studi pada 2018 menemukan, aktivitas fisik, khususnya pelatihan ketahanan, seperti angkat berat, dapat mengurangi gejala depresi. Bahkan itu mungkin sama efektifnya dengan perawatan konvensional seperti terapi perilaku kognitif dan pengobatan untuk beberapa orang. Studi lain telah menemukan, hampir semua jenis latihan, dari kardio hingga yoga dapat mengurangi gejala depresi.
Masih belum jelas bagaimana olahraga dapat mencapai efek ini, namun para peneliti memiliki teori. Latihan keras, seperti angkat berat dan berlari, dapat meningkatkan aliran darah ke otak, berpotensi mengubah struktur dan susunan selnya. Olahraga juga dapat memicu pelepasan endorfin yang meningkatkan suasana hati. Penekanan yoga pada kerja nafas dan fokus juga dapat berperan.
Untuk mendapatkan manfaat baik itu semua, Penelitian menemukan tidak perlu dilakukan dengan durasi dan kinerja yang sulit. Olahraga dalam jumlah kecil pun dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
“Jika alih-alih duduk selama 15 menit Anda berlari selama 15 menit, atau jika alih-alih duduk selama satu jam Anda berjalan dengan cepat selama satu jam, itulah tingkat aktivitas yang mungkin benar-benar membuat perbedaan,” kata Direktur Unit Genetika Psikiatri dan Pengembangan Saraf di Rumah Sakit Umum Massachusetts.
Menemukan motivasi untuk berolahraga bisa lebih mudah ketika seseorang memperluas definisi tentang apa artinya menjadi aktif. Bahkan kegiatan-kegiatan yang sepertinya tidak terlihat sebuah kegiatan olahraga.
"Hal-hal seperti naik tangga, atau berjalan ke toko, mencuci piring, atau menyimpan cucian," kata penulis studi dan Klinis dalam genetika psikiatri dan perkembangan saraf di Massachusetts General Hospital Karmel Choi.
Dalam studi 2017, olahraga ringan seperti jalan kaki sebenarnya lebih bermanfaat bagi kesehatan mental daripada olahraga berat. Pedoman aktivitas fisik Amerika Serikat mengatakan, semua jenis gerakan dapat berkontribusi pada manfaat kesehatan fisik dan mental, bahkan ketika terakumulasi dalam potongan-potongan kecil.