REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Real Estate Indonesia (REI) menargetkan pertumbuhan sektor properti nasional sebesar 10 persen pada 2019. Sekretaris Jenderal (Sekjen) REI Paulus Totok Lusida menjelaskan alasan penetapan target tersebut karena ada kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh sejumlah sektor seperti perbankan dan perpajakan.
Selain itu, Paulus juga memperkirakan bahwa rumah baik rumah tapak maupun rumah susun (apartemen) dengan harga di bawah Rp 2 miliar akan diminati konsumen pada tahun 2019 ini.
"Jadi untuk yang di atas itu meskipun terdapat relaksasi dari perpajakan, namun kelihatannya minat konsumen masih di bawah harga tersebut," katanya di sela-sela diskusi Property Outlook 2019.
Baca juga: Cara Milenial Memilih Investasi yang Tepat
Sementara itu, konsultan properti Colliers International menyatakan bahwa di tengah iklim ketidakpastian perekonomian global saat ini, sektor properti negara-negara Asia termasuk Indonesia, masih menarik bagi kalangan investor.
"Kajian pasar properti Asia masih menantang pada 2019, tetapi kesempatan tetap ada bagi investor," kata Executive Director of Research in Asia Colliers International, Andrew Haskins.
Andrew Haskins mengakui bahwa fenomena perang dagang dan munculnya tanda-tanda melemahnya perekonomian di Amerika Serikat akan menghambat kinerja properti Asia. Selain itu, ujar dia, ada pula perlambatan PDB Cina menjadi sekitar enam persen pada 2019, demikian pula dengan sejumlah kawasan perekonomian lainnya seperti Hong Kong dan Singapura.
Namun, ia berpendapat bahwa masih ada kesempatan bagi investor properti seperti di aset perkantoran Tokyo, Singapura dan Bangalore (India), serta aset logistik yang terdapat di sejumlah daerah di Cina.