REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri halal terus menunjukkan pertumbuhan positifnya di tengah dinamika kehidupan saat ini. Permintaan global terhadap produk-produk halal terus meningkat, di bidang kuliner, obat-obatan, pariwisata, maupun kosmetik. Indonesia sendiri memiliki peluang besar untuk menjadi pusat ekonomi halal.
Sebagai pelopor merek kecantikan halal nasional, Wardah ingin mengajak masyarakat untuk menyelami potensi gaya hidup halal. Khususnya di bidang kosmetik bagi perkembangan industri di Indonesia.
Direktur Research and Development, PT Paragon Technology & Innovation, dr Sari Chairunnisa, SpKK, menjelaskan berdiri sejak tahun 1995, Wardah telah memantapkan diri sebagai merek kosmetik halal. Pada 24 tahun lalu konsep tersebut belum dikenal masyarakat luas.
Sekitar 20 tahun setelah kehadiran Wardah, tren global menunjukkan permintaan yang tinggi terhadap produk berlabel halal. Permintaan ini datang bukan hanya dari masyarakat muslim, tetapi juga non-muslim yang telah menjadikan produk halal sebagai sebuah gaya hidup. Label halal dianggap dapat memberikan jaminan akan kualitas dan keamanan produk.
“Wardah berkomitmen untuk menghasilkan produk halal berkualitas dengan terus melakukan inovasi di Research & Innovation Center Wardah. Center ini bertugas untuk menciptakan formula-formula halal unggulan berstandar internasional dengan harga bersaing. Setiap tahunnya, lebih dari 200 produk berhasil dihasilkan di center ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan halal bagi Wardah produk dibuat sesuai dengan syariat Islam. Mulai dari bahan baku, proses pembuatan sampai pengemasan.
Selain halal, produk Wardah juga aman digunakan pada kulit sehingga baik untuk kesehatan kulit. "Konsep halal agak luas. Tidak hanya ketentuan MUI. Makna halal jaminan kualitas dan kemanan," ujarnya.
Dalam Islam segala sesuatu harus baik. Karena itu, Wardah sadar untuk menjual sesuatu yang tidak membayakan kesehatan dan kulit.
Dimulai dari bahan baku yang aman dan sesuai syariat Islam. Tiap proses pemilihan atau produksi pastikan ada titik kritis halal atau tidak. Ini dilihat sumber kosmetik yang digunakan, apakah dari binatang, tanaman atau tambang.
"Untuk binatang proses bahan baku ambil dari binatang bagaimana, sesuai ketentuan Islam apa tidak. Kalau tanaman proses pelarutannya bagaimana. Pakai alkohol atau tidak. Alkoholnya mengandung khamar atau tidak," paparnya.
Pada saat pengemasan, apakah menggunakan sikat yang dari bulu binatang atau tidak. "Kadang perusahaan tidak semua produk disertifikasi halal. Kami komitmen, pabrik kami sudah tersertifikasi halal. Siap diaudit MUI rutin maupun sidak. Melihat dari gudang bahan baku, lihat proses produksi, dan dokumennya. Di pabrik kami punya tim halal sendiri terdiri dari beberapa departemen."
Brand Manager Wardah Cosmetics, Shabrina Salsabilla, menambahkan Wardah juga mencari bahan baku yang tidak sembarang. Mereka mencari pemasok bahan baku yang memang sudah pasti memiliki kuaitas kontrol baik dan memiliki sertifikasi halal. Wardah bahkan mencari beberapa pemasok hingga ke Eropa, dengan catatan sudah mendaftarkan sertifikasi halal. Mereka menggunakan bahan natural dan menggunakan pelarut organik.
"Bangga juga dengan produk ini bawa spirit menggunakan produk halal tidak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri," ujarnya.