Selasa 22 Jan 2019 12:28 WIB

Ilmuwan Temukan Polusi Udara Pengaruhi Kebahagiaan Orang

Setiap peningkatan polusi telah menurunkan kebahagiaan sebesar 0,04 poin dari 100.

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Polusi udara
Foto: Republika/Darmawan
Polusi udara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara dapat memiliki dampak besar pada tingkat kesehatan. Namun tak hanya itu, adanya polusi udara yang seringkali membuat penghuni suatu kota tidak nyaman juga ternyata dapat memengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang.

Dapat dimengerti, karena kita mungkin juga seringkali merasakan hiruk pikuk perkotaan dengan banyak orang yang mudah emosional. Dilansir laman Telegraph, sebuah studi baru menunjukkan polusi udara tidak hanya buruk bagi kesehatan tapi juga membuat orang tidak bahagia.

Para peneliti di MIT dan Universitas Beijing menemukan hubungan langsung antara jumlah partikel di udara dan kebahagiaan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa polusi udara merusak kesehatan, kinerja kognitif, produktivitas tenaga kerja, dan hasil dari aktivitas pendidikan formal.

Tetapi polusi udara juga memiliki dampak yang lebih luas pada kehidupan sosial dan perilaku masyarakat. Menurut Siqi Zheng, Profesor Asosiasi Tak Tak Lee di Departemen Studi Urban MIT, polusi juga menimbulkan emosional. "Orang-orang tidak bahagia, dan itu berarti mereka dapat membuat keputusan yang tidak rasional," kata dia.

Para peneliti menggunakan data polusi dari 144 kota di Cina dan memantau kebahagiaan umum penduduk kota dengan melihat suasana menggunakan 210 juta pesan dari platform microblogging terbesar di Cina yaitu Sina Weibo.

Mereka menemukan korelasi negatif yang signifikan antara polusi dan tingkat kebahagiaan. Setiap peningkatan polusi telah menurunkan kebahagiaan sebesar 0,04 poin dari 100.

Pada hari Senin beberapa bagian London mencatat tingkat Indeks Kualitas Udara (AQI) 151, lebih dari 100 poin di atas batas sehat. Ini menunjukkan bahwa orang-orang empat poin tidak bahagia daripada seharusnya tanpa tingkat yang tercemar.

Di Cina, polusi bisa meningkat hingga tahun 700-an, yang bisa berdampak besar pada kebahagiaan. Perempuan bahkan bisa lebih sensitif terhadap tingkat polusi yang lebih tinggi daripada laki-laki, seperti halnya mereka yang berpenghasilan lebih tinggi. Penelitian ini juga telah diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behavior.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement