Selasa 22 Jan 2019 12:13 WIB

Buruh Pembuat Kaus Amal Spice Girls Dibayar Rp 6.500/Jam

Industri garmen Bangladesh memiliki isu upah rendah dan kondisi kerja tak aman.

Kaus amal Spice Girls yang ternyata dibuat buruh berupah rendah di Bangadesh.
Foto: Comic Relief
Kaus amal Spice Girls yang ternyata dibuat buruh berupah rendah di Bangadesh.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Buruh-buruh di Bangladesh yang mengerjakan pembuatan kaus amal Spice Girls cuma dibayar 35 pence atau sekitar Rp 6.500 per jam. Laporan investigasi Guardian mengungkap kaus warna putih bertuliskan "#IWannaBeASpiceGirl" di depan dan "gender justice" di bagian belakang itu kebanyakan dibuat buruh wanita yang dipaksa bekerja 16 jam sehari.

Mereka disebut 'anak pelacur' oleh manajer mereka jika tak mencapai target. Sehelai kaus dijual seharga 19,40 poundsterling (sekitar Rp 355 ribu). Hasil penjualan akan didonasikan ke Comic Relief untuk membantu memperjuangkan kesetaraan perempuan.

Badan amal itu akan menerima 11,60 poundsterling (sekitar Rp 209 ribu) untuk masing-masing kaus. Kaus tersebut ditugaskan dan dirancang oleh Spice Girls. Comic Relief mengatakan belum menerima uang tersebut.

Mengumumkan kemitraan, Spice Girls mengatakan gerakan ini penting bagi mereka karena kesetaraan dan pergerakan kekuatan orang-orang selalu menjadi denyut jantung band. Pabrik dimana para buruh mengerjakan kaus itu sebagian dimiliki seorang menteri di pemerintah koalisi otoriter Bangladesh.

Dia memenangkan 96 persen suara bulan lalu dalam pemilihan yang disebut konyol oleh para kritikus. Tidak ada saran dari para selebritas yang mengetahui kondisi di pabrik.

Seorang juru bicara Spice Girls mengatakan mereka sangat terkejut dan secara pribadi akan mendanai penyelidikan kondisi kerja pabrik. Comic Relief mengatakan badan amal itu terkejut dan khawatir.

Kedua pihak mengatakan mereka telah memeriksa kredensial sumber etis dari Represent, pengecer daring yang ditugaskan oleh Spice Girls untuk membuat kaus, tetapi kemudian berganti produsen tanpa sepengetahuan mereka. Represent mengatakan mereka mengambil tanggung jawab penuh dan akan mengembalikan uang pelanggan berdasarkan permintaan.

Band tersebut mengatakan Represent harus menyumbangkan keuntungan untuk kampanye dengan maksud mengakhiri ketidakadilan tersebut. Perusahaan di belakang pabrik yang membuat kaus, Interstoff Apparels, mengatakan temuan itu akan diselidiki. Perusahaan mengatakan bayaran rendah untuk buruh perempuan sama sekali tidak benar.

Namun, katalog bukti tentang kondisi yang dihadapi oleh karyawan itu ditemukan. Di dalamnya termasuk tuduhan beberapa pekerja cuma mendapat 82 poundsterling (setara Rp 1,5 juta) per bulan.

Itu berarti mereka mendapatkan setara dengan Rp 6.500 per jam selama 54 jam per pekan. Jumlahnya jauh di bawah tuntutan serikat pekerja, yakni 16 ribu taka (sekitar Rp 2,7 juta).

Karyawan dipaksa bekerja lembur untuk mencapai target 'mustahil' menjahit ribuan pakaian sehari. Ini berarti mereka kadang-kadang bekerja dengan shif 16 jam yang selesai pada tengah malam.

photo
Buruh pabrik garmen Bangladesh.

Pekerja pabrik yang tidak mencapai target dilecehkan secara verbal oleh manajemen. Beberapa dipaksa bekerja meskipun sedang sakit.

Industri garmen menyumbang 80 persen dari ekspor Bangladesh. Industri ini mempekerjakan lebih dari empat juta pekerja.

Meski industri garmen membantu pertumbuhan ekonomi negara itu, sektor tersebut dilanda kontroversi upah rendah dan kondisi kerja yang tidak aman. Pada 2013, 1.134 orang meninggal ketika gedung Rana Plaza runtuh karena kegagalan struktural, demikian dikutip dari laporan Guardian yang dirilis Ahad (20/1).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement