Senin 21 Jan 2019 09:56 WIB

Literasi Keuangan Penting untuk Pembentukan Karakter Anak

Anak-anak belajar untuk hemat dengan menabung.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Menabung, ilustrasi
Menabung, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Literasi keuangan penting untuk pembentukan anak. Menurut Deputy Executive Director Prestasi Junior Indonesia (PJI) Agus Susanto,  literasi keuangan harus terus dilakukan pada anak-anak. Karena, ia yakin literasi keuangan merupakan bagian dari pembentukan karakter anak.

"Anak-anak, terus sedang belajar membentuk karakter. Literasi keuangan ini, bagian dari pembentukan karakter karena anak-anak belajar untuk hemat dengan menabung," ujar Agus kepada wartawan akhir pekan lalu.

Sebagai salah satu bentuk literasi kauangan, Citi Indonesia (Citibank) kegiatan CSR Citi Peka (Peduli dan Berkarya) bersama Prestasi Junior Indonesia (PJI) kembali mengimplementasikan program Digital Financial Literacy for Children bagi siswa sekolah dasar kelas 3, 4, dan 5 di Kota Bandung, belum lama ini.

Gestur Saat Bercerita Bantu Tingkatkan Kemampuan Narasi Anak

Menurut Agus, dua tahun kemitraan antara PJI dengan Citibank telah sukses menjangkau 5.047 siswa-siswi dari 19 sekolah dasar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Denpasar. Pada tahun ini, pihaknua fokus untuk meningkatkan manfaat dari program ini dengan turut mengedukasi para orang tua dan guru mengenai pentingnya literasi keuangan bagi anak.

"Kami meyakini sinergi positif antara program Digital Financial Literacy for Children ini dengan pengajaran dari orang tua dan guru dapat membangun budaya pengelolaan uang yang sehat bagi anak-anak Indonesia," katanya.

Menurut Director, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Elvera N Makki, Digital Financial Literacy for Children ini dimaksudkan untuk memanfaatkan tren penggunaan gawai bagi anak-anak digital native ke arah yang positif. Yakni, dengan memasukkan modul-modul edukasi keuangan dan pendekatan interaktif yang aman, komprehensif dan menyenangkan bagi anak-anak.

Namun, kata dia, upaya ini tentu tak terlepas dari dukungan para orang tua yang dapat membimbing anak-anak mereka untuk mengelola uang secara cermat dan tepat guna sehingga dapat memberikan manfaat keuangan di masa mendatang.

Anak-anak tingkat Sekolah Dasar, kata dia, cenderung menggunakan uangnya untuk tujuan konsumtif dan bukan untuk keperluan masa depan. Berdasarkan data Money Management International, sebanyak 54 persen anak-anak usia di bawah sepuluh tahun menggunakan uang yang mereka miliki untuk memenuhi keinginan, sedangkan hanya 28 persen anak-anak pada usia tersebut yang memilih untuk menyimpan lebih banyak uangnya untuk ditabung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement