Jumat 18 Jan 2019 18:41 WIB

Lilin Aromaterapi Penuhi Udara dengan Racun

Kebanyakan lilin aromaterapi terbuat dari parafin yang berbahaya.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi
Foto: Google
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, menyalakan lilin aromaterapi merupakan salah satu cara menyempurnakan waktu istirahat atau bersantai. Aromanya yang wangi cukup membantu seseorang menjadi lebih rileks.

Namun, menurut para ahli, lilin aromaterapi bisa membahayakan lingkungan dan menyebabkan udara yang dihirup penuh dengan racun. Inggris adalah salah satu negara di dunia yang paling banyak menggunakan lilin aromaterapi.

Bahaya lilin aromaterapi itu disampaikan oleh pemerintah dalam laporan Clean Air Strategy pekan ini. Lilin aromaterapi dan beberapa produk sejenis menjadi target penelitian dalam laporan ini.

Laporan bertujuan menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh udara beracun. Setiap tahun, permasalahan udara beracun menjadi penyebab kematian 36 ribu orang.

Menteri Lingkungan Michael Gove mengatakan akan menyampaikan imbauan kepada sejumlah pabrik lilin untuk mengurangi emisi lilin aromaterapi. Pabrik juga diminta melampirkan peringatan bagi konsumen bahwa lilin aromaterapi memiliki dampak yang berbahaya.

Disiarkan The Independent, sekitar 81 persen masyarakat Inggris menggunakan produk perawatan udara, seperti lilin aromaterapi secara rutin di rumah. Kebanyakan lilin aromaterapi terbuat dari parafin yang bahan kimianya berbahaya untuk penderita asma.

Selain itu, menurut penelitian baru, lilin parafin dapat melepaskan kanker. Beberapa merek lilin juga menggunakan sumbu dimana bahannya mengandung logam yang berbahaya untuk kesehatan paru-paru.

Bagi Anda yang tidak bisa hidup tanpa lilin aromaterapi, para ahli menyarankan untuk jeli memilih bahan. Lilin alami yang menggunakan kedelai sebagai bahan utama menghasilkan udara yang baik.

Selain itu, pilihlah lilin yang menggunakan sumbu pendek. Anda juga disarankan mengurangi intensitas membakar lilin aromaterapi agar bahan kimia yang dilepaskan tidak terlalu banyak menumpuk di udara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement