Selasa 15 Jan 2019 19:13 WIB

Warga Malaysia dan Singapura Rasialis Soal Properti

Warga India paling banyak menerima perlakuan rasialis di Singapura.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Warga Malaysia dan Singapura memiliki kesamaan, yakni rasialis mengenai penyewaan properti.
Foto: The Star Online
Warga Malaysia dan Singapura memiliki kesamaan, yakni rasialis mengenai penyewaan properti.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Dua negara yang bertetangga, Malaysia dan Singapura, ternyata punya kesamaan dalam satu hal. Warga di dua negara tersebut dinilai bersikap rasialis saat akan menyewakan propertinya. Hal itu terungkap dalam riset yang dilakukan oleh You Gov belum lama ini.

Menurut lembaga survei yang berbasis di Inggris tersebut, 23 persen warga Singapura pernah mengalami perlakuan rasialis saat akan menyewa properti. Dari 1.539 warga Singapura yang disurvei, 49 persen yang menerima perlakuan rasialis adalah mereka yang berdarah India. Di samping itu, perlakuan rasialis juga diterima keturunan Malaysia (34 persen) dan Cina (18 persen).

Dari seluruh responden yang disurvei, 13 persennya tinggal di properti sewaan. Sebanyak 25 persennya pernah menyewakan properti setidaknya sekali.

Temuan survei ini menemukan pemilik properti keturunan Cina cenderung meminta informasi berupa kewarganegaraan, jenis kelamin, dan pekerjaan dari calon penyewa. Tak hanya itu, menyewa rumah juga semakin rumit karena 22 persen pemilik properti menginginkan penyewa mengungkap orientasi seksualnya. Walau demikian, warga Singapura dan Malaysia juga mementingkan pendapatan dari properti yang disewakannya.

Sebanyak 40 warga Singapura merasa menampilkan preferensi rasial dalam iklan merupakan bentuk rasialisme. Kepala YouGov Omnibus Asia Pasifik Jake Gammon mengatakan orang Singapura terpecah karena masalah ini. Kondisi serupa juga terjadi di Malaysia.

Hasil studi YouGov mendapati satu dari lima warga Malaysia pernah mengalami kejadian rasialis saat akan menyewa properti. Dikutip dari Mashable, pria kelahiran Malaysia bernama Divyang Hong berkeluh kesah di Twitter soal isu rasialis di negaranya.

Dia mengungkapkan baru saja bekerja di Bukit Mertajam. Ketika mencari rumah sewaan, dia kerap ditolak karena pemilik properti tak mau menerima Divyang yang berdarah campuran Cina-India.

Total ada 10 pemilik properti yang menolak permintaan Divyang hanya karena dia 'tak cukup Cina'. "Aku jujur tentang keturunanku. Awalnya mereka oke-oke saja karena mengira aku Cina tulen. Namun, ketika kujelaskan aku separuh India dan separuh Cina, mereka membatalkan kesepakatan karena aku dianggap bukan Cina murni," ujarnya.

Di Malaysia, masalah lebih pelik karena rasialisme tak hanya terjadi dalam urusan sewa-menyewa properti, namun juga menjalar ke perekrutan karyawan. Beberapa perusahaan di Malaysia lebih suka merekrut karyawan dari ras-ras tertentu. Model bisnis dan klien yang kerap berinteraksi dengan perusahaan disebut menjadi latar belakang kebijakan rasialis itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement