REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski investasi diyakini dapat memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi, namun nyatanya hanya 0.4 persen warga Indonesia yang gemar berinvestasi. Jumlah itu sama dengan hanya sekitar 1 juta dari 260 juta penduduk Indonesia.
Angka itu masih jauh tertinggal apabila dibanding dengan Cina yang mencapai 9 persen, India 7 persen dan Thailand 6 persen. Minimnya semangat berinvestasi tidak terlepas dari akses informasi yang terbatas dan membutuhkan waktu untuk memahaminya, solusi dalam kemudahan berinvestasi, perlindungan hukum dan masalah budaya di masyarakat.
Menurut CEO dan co-founder Ajaib, Anderson Sumarli dalam keterangan tertulisnya jumat (11/1), apabila melihat potensi Indonesia yang kini didomuninasi kelas menengah atau kaum milenial seharunya semangat berinvestasi dapat dicapai lebih tinggi.
Bagi generasi milenial dan menengah, mereka tidak memiliki waktu untuk secara aktif mengikuti perubahan pasar. Mereka juga tidak memiliki gambaran kemana harus meminta saran tentang investasi yang mereka inginkan.
Pihaknya kini mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menawarkan produk yang bernama Ajaib. Sebuah aplikasi investasi online dengan pendanaan 2,1 juta dolar (USD) dari Y Combinator, SoftBank Ventures dan mantan partner Sequoia. "Saya adalah salah satu dari banyak orang yang ingin berinvestasi tetapi tidak memiliki waktu untuk mengikuti perubahan pasar," katanya.
Ajaib tidak mengenakan biaya atas servisnya, baik untuk pembuatan akun, pembelian, penjualan, maupun biaya switching. Ajaib juga telah memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bermitra dengan sejumlah bank terkemuka serta fund managers berpengalaman dalam investasi.
Ajaib memiliki ambisi untuk mencakup pasar Asia Tenggara dengan mengincar 650 juta orang, di mana masih begitu banyak masyarakat yang kekurangan akses ke layanan konvensional.
Yada Piyajomkwan selaku Chief Marketing Officer Ajaib, inklusi keuangan bukan hanya bagi mereka yang memiliki rekening bank saja, namun meluas kepada mereka yang memiliki investasi. "Salah satu tujuan inklusi keuangan adalah untuk membuat orang menabung dan berinvestasi. Artinya, ada ekspansi geografis di masa depan," katanya.