Kamis 10 Jan 2019 16:45 WIB

Studi Temukan Bangun Pagi Beri Kemungkinan Lebih Mudah Hamil

Mereka biasa yang bangun pagi memiliki kesehatan yang lebih prima.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi ibu hamil.
Foto: Photo by freestocks from Pexels
Ilustrasi ibu hamil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Anda ingin memiliki bayi di tahun 2019, Anda mungkin harus bangun lebih awal. Sebuah penelitian telah menemukan bahwa bangun pagi lebih mudah hamil daripada sebaliknya.

Penelitian, yang dilakukan oleh University of Warwick di rumah sakit NHS di Coventry dan Warwickshire, melihat pola tidur lebih dari 100 wanita yang berusaha untuk hamil melalui IVF. Peneliti menemukan 75 persen dari mereka yang bangun lebih awal (beberapa di awal pukul 05.30 pagi) berhasil hamil, dibandingkan dengan kurang dari 30 persen dari mereka yang terlambat tidur dan terlambat bangun, dilansir Huffingtonpost.

Baca Juga

Partisipan ditanya peneliti kapan biasanya tertidur dan terbangun tanpa bantuan alarm. Ada orang yang tidur pukul dua pagi dan bangun pukul 10 pagi, dan ada yang bangun lebih awal sekitar lima jam sebelumnya.

Para peneliti, yang mempresentasikan temuan pada konferensi tahunan British Fertility Society, menyarankan alasan perbedaan ini adalah karena orang yang bangun pagi cenderung lebih sehat. Mereka makan lebih baik dan berolahraga lebih banyak.

Profesor Geraldine Hartshorne yang memimpin penelitian mengatakan orang dengan pola hidup sehat punya kemungkinan lebih besar untuk hamil. Sementara mereka cenderung merokok, kelebihan berat badan dan menderita diabetes dan penyakit kardiovaskular, lebih sulit untuk hamil.

Maka tidak ada salahnya mengubah kebiasaan gaya hidup jika Anda ingin memiliki bayi tahun ini. Namun, peneliti memang menyatakan masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk mencapai hasil yang lebih konklusif. Tim mengatakan jika mereka dapat mereplikasi temuan dalam sampel yang lebih besar, mereka dapat mempertimbangkan percobaan di mana mereka meminta wanita untuk mengubah kebiasaan tidur mereka.

"Ini adalah studi percontohan dan kami sekarang ingin memantau tingkat tidur dan hormon orang dengan alat pelacak untuk melihat seberapa banyak jam tubuh mereka berhubungan dengan kehamilan," kata Hartshorne.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement