Kamis 10 Jan 2019 09:21 WIB

Pahami Dampak Bagikan Foto Anak di Media Sosial

Anak yang tidak dikenal publik akan lebih aman.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Anak main internet. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Anak main internet. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekarang ini banyak para orang tua yang senang membagikan foto anak di media sosial. Hal itu biasanya dilakukan karena orang tua ingin mengabadikan momen menggemaskan si anak kepada publik sekaligus menjadikan media sosial sebagai album. Tetapi, perlu disadari, membagikan foto anak di media sosial dapat memberikan dampak tertentu terhadap anak.

Psikolog keluarga dan anak, Anna Surti Ariani, mengatakan, para ahli masih memperdebatkan soal benar atau tidaknya membagikan foto anak ke media sosial. Namun, menurutnya, selalu ada risiko dan dampak tersendiri ketika membagikan foto anak ke media sosial.

Baca Juga

"Anak yang tidak dikenal publik akan lebih aman," ucap psikolog yang akrab disapa Nina ini saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (8/1).

Psikolog lulusan Universitas Indonesia ini membagikan beberapa dampak atau risiko yang bisa saja terjadi jika orang tua memublikasikan foto anaknya ke media sosial.

Risiko pencurian foto anak

Ketika Anda mengunggah foto anak ke media sosial, Anda harus siap foto anak Anda mudah diakses dan dicuri oleh siapa saja. Hal ini bisa dihindari jika Anda mengunci akun media sosial serta menyaring untuk siapa foto Anda dibagikan.

Foto anak Anda yang menggemaskan bisa saja menarik perhatian banyak orang yang melihatnya. Hal ini mendorong pengguna lain menyimpan foto anak yang Anda bagikan. Foto yang dicuri bisa saja disalahgunakan, seperti membuat akun media sosial palsu yang mengatasnamakan anak Anda dan juga dapat digunakan untuk aksi penipuan.

"Jadi, kalau sampai mau bagikan foto anak ke media sosial, orang tua perlu waspada dan selektif," kata Nina.

Rentan menjadi sasaran pelaku paedofil atau penculik

Jangan pernah berpikir jika sedang tidak ramai berita penculikan berarti aman untuk membagikan foto anak. Nina mengatakan, kasus penculikan akan selalu ada.

Paedofil dan penculik bisa dengan mudah membidik anak yang hendak menjadi targetnya melalui media sosial. Apalagi, jika data anak seperti nama lengkap sampai nama kawasan rumah/sekolah juga dibagikan orang tua. Hal itu dapat memudahkan pelaku menjangkau anak.

Ditambah, ciri pelaku paedofil atau penculik tidak selalu dapat dikenali. Maka, perlu adanya kewaspadaan dan tingkatkan pengawasan terhadap anak yang fotonya tersebar di media sosial.

Mengganggu kenyamanan dan privasi anak

Nina mengatakan, salah satu risiko foto anak yang banyak tayang di media sosial, apalagi ketika mempunyai banyak teman di platform media sosial tersebut, maka orang-orang yang berhubungan dengan orang tua di media sosial dapat juga seolah-olah kenal atau merasa akrab dengan anak.

Ketika sudah banyak orang asing yang mengenali anak Anda dan merasa gemas, bisa saja orang-orang tersebut bersikap akrab dengan anak di dunia nyata dan sering kali berani untuk memanggil, bahkan mencolek atau mencubit anak. Hal itu tentu dapat mengganggu kenyamanan anak Anda saat berpergian. Secara tidak langsung, privasi anak pun akan terganggu.

Mengganggu konsep diri atau kepercayaan diri anak

Jika anak sudah bisa membaca maka si anak dapat membaca komentar warganet di postingan foto anak yang Anda bagikan di media sosial. Komentar tersebut bisa tentang si anak atau orang tua serta bisa negatif dan bisa pula positif.

"Kalaupun semua komentar itu positif, bukan berarti menghasilkan sesuatu yang positif secara menyeluruh," ucap Nina.

Misalnya, anak akan membandingkan foto atau video dia yang mana yang paling banyak disukai warganet. Maka, hasilnya si anak tidak terlalu berani berekspresi di luar dari yang disukai warganet. Sang anak menjadi terlalu mengikuti kemauan publik.

"Hal itu dapat menghambat proses pengenalan jati dirinya," kata Nina yang juga membuka praktik di Klinik Terpadu Psikologi UI. Nina menyarankan jangan sampai anak jadi terlalu mempertimbangkan jumlah 'like' pada fotonya.

Memengaruhi sikap anak

 

Beberapa anak mungkin memang suka dipotret. Namun, hal itu memungkinkan anak jadi merasa genit, percaya diri berlebihan, rasa ingin tampil atau menonjol, serta bisa menimbulkan keinginan untuk pamer. Tentu, itu tidak sehat untuk psikologis anak.

Sebaliknya, ada pula anak-anak yang tidak suka dipotret atau bisa dibilang antikamera. Maka, anak ini akan merasa terganggu dan bisa memberontak jika sering dipaksa untuk berpose atau senyum ketika si anak tidak ingin untuk itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement