REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiap orang memiliki risiko kanker payudara yang berbeda-beda. Ada beragam faktor yang dapat mempengaruhi risiko seseorang terhadap kanker payudara. Salah satu faktor tersebut adalah melahirkan.
Keterkaitan antara melahirkan dan risiko kanker payudara ini diungkapkan dalam sebuah penelitian baru dalam jurnal Annals of Internal Medicine. Temuan baru ini cukup menarik karena selama ini melahirkan dianggap dapat melindungi perempuan dari risiko kanker payudara.
Dalam penelitian ini, tim peneliti melibatkan lebih dari 800 ribu perempuan dengan 15 studi berbeda di berbagai belahan dunia. Berdasarkan penelitian berskala besar ini, risiko kanker payudara justru meningkat pada perempuan yang pernah melahirkan dan berusia 55 tahun ke bawah.
Peningkatan risiko kanker payudara paling tinggi terjadi pada saat lima tahun setelah melahirkan. Lima tahun setelah melahirkan, perempuan berusia 55 tahun ke bawah memiliki risiko kanker payudara 80 persen lebih tinggi dibandingkan perempuan dalam kelompok usia sama yang belum pernah melahirkan.
Menurut tim peneliti, peningkatan risiko ini lebih menonjol pada perempuan yang memiliki tiga kategori. Ketiga kategori ini adalah memiliki riwayat kanker payudara di keluarga, melahirkan pertama di usia yang lebih tua, atau memiliki lebih banyak anak.
Peningkatan risiko kanker payudara ini akan menghilang 23 tahun setelah perempuan melahirkan. Setelah lebih dari dua dekade pascamelahirkan, perempuan baru akan merasakan manfaat perlindungan terhadap risiko kanker payudara.
Dengan kata lain, melahirkan sebenarnya dapat melindungi perempuan dari risiko kanker payudara. Akan tetapi, perlindungan ini tidak langsung muncul setelah perempuan melahirkan. Perlu lebih dari 20 tahun agar sifat protektif melahirkan terhadap risiko kanker payudara muncul.
"Sebelum itu, risiko kanker payudara lebih tinggi pada perempuan yang baru saja punya anak," ujar Hazel B Nichols PhD seperti dilansir Medical News Today.
Menurut tim peneliti, temuan baru ini dapat memberi edukasi bau bagi tenaga kesehatan dan masyarakat pada umumnya. Temuan baru ini juga dapat dimanfaatkan untuk penerapan skrining dan metode pencegahan kanker payudara yang lebih efektif.