Sabtu 05 Jan 2019 13:57 WIB

Japan Airlines Meminta Karyawannya Berhenti Minum Alkohol

Insiden akibat alkohol banyak ditemukan dari kasus karyawan Japan Airlines.

Rep: MGROL 115/ Red: Indira Rezkisari
Maskapai Japan Airlines.
Foto: Reuters/Toru Hanai
Maskapai Japan Airlines.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang tahun 2018, Japan Airlines merasa mengalami banyak insiden. Agar menutup tahun dengan mulus, maskapai tersebut meminta karyawannya untuk tidak minum alkohol hingga tahun 2019.

Pada Oktober lalu, seorang co-pilot ditangkap setelah dia ditemukan di 50 menit sebelum penerbangan 10 jamnya lepas landas dengan mata sayu. Ia juga kesulitan berdiri tegak, menurut BBC. Kandungan alkohol dalam darahnya hampir 10 kali lipat dari batas legal untuk seorang pilot. Pilot dipecat dan dijatuhi hukuman 10 bulan penjara.

Awal Desember, pramugari Japan Airlines dituduh mencuri dan minum sebotol sampanye selama layanan kabin. Rekan kerja mencatat bahwa wanita itu berbau alkohol dan sering menghilang ke kamar mandi. Botol sampanye kosong ditemukan di tempat sampah pesawat, meskipun tidak disajikan kepada penumpang.

Kementerian Transportasi Jepang mengatakan bahwa ada 31 total kasus terkait minuman beralkohol (dari Januari 2017 hingga November 2018). Sebanyak 21 disebabkan oleh karyawan Japan Airlines.

Namun, ini tidak berarti bahwa Japan Airlines memiliki masalah yang lebih serius daripada maskapai Jepang lainnya. Kementerian mengaitkan angka tersebut setelah diadopsinya detektor alkohol baru-baru ini oleh Japan Airlines. Jika maskapai Jepang lain mulai menggunakan detektor yang sama, maka angka yang mirip mungkin akan muncul.

"Masalah terbesar adalah kepercayaan pada industri penerbangan telah rusak secara substansial," kata seorang pejabat di kementerian transportasi kepada Japan Times. "Masalah (minuman) tidak terbatas pada JAL."

Sebagai kompensasinya, Presiden Japan Airlines memotong gajinya hingga 20 persen selama satu bulan. Kepala awak kabin akan menerima potongan gaji 10 persen. Maskapai ini juga mengatakan akan meningkatkan pengujian dan pelatihan berkala bagi karyawan.

Langkah untuk meminta karyawan untuk berpantang dari perayaan selama musim liburan adalah sangat menonjol, menurut Quartz. Tahun baru Jepang secara tradisional merupakan acara keluarga ketika orang-orang berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk mengunjungi tempat-tempat suci setempat dan berbagi makanan. Keceriaan mabuk yang diasosiasikan orang barat dengan Malam Tahun Baru lebih sering dirayakan dalam minggu-minggu menjelang akhir tahun. Tahun ini tapi agaknya karyaean Japan Airlines tidak akan ikut ambil bagian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement