Kamis 03 Jan 2019 12:36 WIB

Mengenal Pola Asuh Permisif

Orang tua yang permisif sulit menetapkan batasan dengan anak-anak mereka.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda. Salah satu pola asuh yang digunakan di masyarakat adalah pola asuh permisif. Namun, para ahli menilai pola asuh tersebut adalah pola asuh gagal.

Orang tua yang permisif sering kali sangat responsif dan penuh kasih. Gaya pengasuhan ini didefinisikan dengan tidak memiliki aturan.

Istilah ini dikembangkan oleh psikolog Diana Baumrind, yang mempelajari anak-anak prasekolah. Dia menemukan orang tua mereka sebagian besar masuk ke dalam tiga gaya pengasuhan utama, yakni orang tua otoritatif, orang tua otoriter, dan pola asuh permisif. Gaya pengasuhan keempat, pengasuhan yang lalai, ditambahkan kemudian untuk mengatasi orang tua yang sangat tidak terlibat dan jauh secara emosional.

Studi menunjukkan anak-anak dari orang tua yang permisif lebih cenderung menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan depresi, agresi, memiliki keterampilan sosial yang buruk, dan memiliki prestasi buruk di sekolah.

"Orang tua yang permisif sulit menetapkan batasan dengan anak-anak mereka," ujar penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids, Laura Markham, seperti dilansir di Good Housekeeping, Selasa (1/1).

Karena itu, orang tua lebih cenderung mengabaikan perilaku buruk, dan 'menyerah' terhadap penilaian mereka yang lebih baik ketika anak mereka marah. Hasilnya adalah mereka tidak menetapkan atau menegakkan harapan yang sesuai dengan usia untuk perilaku.

Anda mungkin berasumsi anak-anak dari orang tua yang permisif akan belajar bagaimana mengatasinya sendiri, tapi penelitian menunjukkan sebaliknya. "Tidak banyak pasang surut untuk pola asuh permisif," kata Amy Morin, penulis 13 Things Mentally Strong Women Don’t Do.

Jika ada hikmahnya, itu akan berarti anak-anak mendapatkan pengalaman kehidupan nyata. Sayangnya, orang tua yang permisif tidak mengajarkan anak-anak keterampilan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang baik sehingga mereka tidak dapat berkembang.

Ini terutama benar ketika terkait disiplin. "Orang tua yang permisif hangat, memelihara, dan penuh kasih, yang tentu saja positif, namun mereka tidak memanfaatkan batasan dan struktur yang diperlukan agar anak merasa aman dan terjamin," kata Debbie Zeichner.

Menurutnya, idealnya, disiplin harus dilakukan dengan cara yang baik dan tegas pada saat yang sama atau dikenal sebagai disiplin positif. Disiplin positif mendukung anak-anak dalam mengembangkan keterampilan dan sifat-sifat seperti penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, empati, rasa hormat, kebaikan, kontrol diri, kepercayaan diri, dan regulasi emosional.

Jangan campur dengan pengasuhan bebas

Gaya pengasuhan laissez-faire lainnya, seperti yang sering disebut pengasuhan free-range, tidak selalu berada di bawah payung pengasuhan permisif. Tentu, orang tua ini dapat mengizinkan anak-anak mereka untuk naik angkutan umum, tapi itu tidak membuat mereka memanjakan dalam segala hal.

"Anak yang sama itu mungkin memiliki harapan untuk bersikap baik kepada saudara mereka, mendaftar di sekolah, dan datang untuk makan malam tepat waktu," kata Markham.

Orang tua yang permisif tidak akan menetapkan atau setidaknya tidak akan menegakkan harapan itu. "Orang tua yang permisif tampaknya tidak memiliki niat yang sama untuk membina kemandirian," kata Zeicher.

Sebaliknya, mereka memiliki harapan yang rendah, menghindari konfrontasi, dan cenderung lebih peduli dengan 'menjaga perdamaian' dan tidak mengecewakan anak mereka.

Orang tua bebas juga bertindak sebagai panduan untuk membantu anak-anak mereka menavigasi kesalahan. "Meskipun Anda tidak ingin mencegah anak Anda dari pengalaman dunia nyata, penting untuk diingat bahwa anak-anak belum memiliki keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjelajahi dunia," kata Morin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement