REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Daging olahan telah menjadi makanan yang dekat dengan manusia saat ini. Padahal posisinya sangat berbeda dengan daging segar yang memberikan manfaat bagi tubuh.
Sebuah laporan tahun 2015 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogen kelompok satu. Makanan ini menyebabkan 34 ribu kematian akibat kanker di seluruh dunia per tahun. Analisis baru menunjukkan ini bisa disamakan dengan 6.600 kasus kanker usus di Inggris setiap tahun.
Direktur Queen's University Belfast Institute untuk Keamanan Pangan Global Profesor Chris Elliott mengatakan, nitrit dalam daging olahan menghasilkan produksi nitrosamin karsinogenik.
Kondsi tersebut dapat meningkatkan risiko kanker bagi manusia yang secara teratur mengonsumsi daging olahan. Terlebih lagi, sosialisasi tentang bahaya tersebut masih sangat kecil dan tidak sebanding dengan kampanye mengurangi gula dan makanan yang mencegah kegemukan.
"Kita harus bekerja bersama untuk meningkatkan kesadaran akan risiko mereka dan mendorong penggunaan alternatif bebas nitrit yang jauh lebih luas yang lebih aman dan dapat mengurangi jumlah kasus kanker," kata ahli jantung senior Aseem Malhotra dan ahli gizi terkemuka Chris Gill dari University of Ulster, dikutip dari The Independent, Senin (31/12).
Nitrit digunakan untuk memperbaiki kualitas daging olahan. Namun, ketika dagingnya dimasak dan dicerna oleh manusia, maka akan membuat nitrosamin dan mengarah pada karsinogenik. "Industri daging harus bertindak cepat, bertindak sekarang atau dikutuk dengan pukulan reputasi yang sama dengan yang berhubungan dengan tembakau," ujar Gill.