Ahad 30 Dec 2018 13:13 WIB

Menutup 2018 dengan Momen Membanggakan Asian Games

Asian Games memberi dampak positif secara jangka panjang bagi Indonesia.

Suasana penutupan Asian Games ke 18 di Stadion Utama Gelota Bung Karno, Jakarta, Ahad(2/9).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Suasana penutupan Asian Games ke 18 di Stadion Utama Gelota Bung Karno, Jakarta, Ahad(2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Indira Rezkisari*

JAKARTA -- Tahun 2018. Ada banyak sekali peristiwa besar yang terjadi sepanjang tahun ini. Mulai dari kejadian politik yaitu munculnya nama calon presiden dan wakil presiden. Kegaduhan politik, korupsi yang semakin mencengangkan publik. Hingga bencana tsunami yang menghantam Sulawesi dan baru-baru ini terjadi di Banten.

Masih ada lagi sejumlah pembangunan infrastruktur masif. Pembangunan juga bukan tanpa catatan. Sejumlah pekerja Jalan Tol Trans Papua meninggal ditembak. Di Pulau Jawa, peresmian Jalan Tol Trans Jawa membuat antusiasme berlibur akhir tahun lewat jalur darat melonjak, di sisi lain penumpang bandara yang dilewati Trans Jawa tercatat menurun akibat animo penggunaan jalur darat yang lebih murah.

Satu lagi peristiwa besar yang terjadi di Indonesia. Yaitu penyelenggaraan Asian Games dan Para Games. Bisa dibilang Asian Games dan Para Games mengubah wajah bangsa Indonesia.

Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games untuk kedua kalinya setelah berselang 56 tahun. Ketika di Asian Games pertama, Presiden Soekarno membangun Gelora Bung Karno sebagai tempat penyelenggaraan berbagai perlombaan, maka kini di era Presiden Joko Widodo Gelora Bung Karno direnovasi hingga sesuai dengan tampilan 56 tahun setelah pertama dibangun.

Salah satunya, Wahana Akuatik yang dirancang ulang dengan sentuhan arsitek di bawah prinsipal Andra Martin. Bangunan yang menampung sejumlah kolam renang itu memiliki langit-langit yang mirip gelombang air.

Setelah direnovasi selama satu tahun sejak tahun 2016 hingga 2017 bangunan tersebut rampung. Perawatannya tergolong mahal yaitu mencapai Rp 10 miliar per tahun. Apalagi bangunan kolam renang GBK memiliki standar internasional yang harus dijaga.

Setidaknya untuk bisa memenuhi standar internasional, kadar pH air dan suhu harus diatur. Yaitu di pH 7,2-7,8 dengan kadar klorin yang juga diatur dan suhu di 26-28 derajat celcius.

Wahana Akuatik cuma satu dari sekian pembangunan yang dilakukan. Masih ada renovasi velodrome Rawamangun yang tak kalah monumental.

Pembangunan Velodrome mulanya beranggaran 30 juta dolar AS. Ketika rampung, total biaya yang dihabiskan tutur Presiden Direktur PT Jakarta Propertindo, Satya Heragandhi, sebagai kontraktor menghabiskan anggaran 40 juta dolar. Anggaran yang melambung terjadi karena perubahan material bangunan. Menghabiskan biaya yang fantastis membuat velodrome Rawamangun menjadi satu-satunya area balapan sepeda kelas dunia di Asia Tenggara.  

Perubahan berbeda yang paling jelas memang tampak di dalam kompleks Gelora Bung Karno. Lupakan bangunan-bangunan menyeramkan karena sudah dimakan umur. Di malam hari seputar Gelora Bung Karno juga dihiasi lampu. Cukup terang untuk digunakan joging malam, atau sebatas untuk berswafoto dengan anak-anak atau teman.

Satu lagi atraksi baru berkat Asian Games adalah Hutan Kota dalam Gelora Bung Karno. Hutan Kota terletak di area bekas Driving Range. Sejak tahun 2016, Driving Range ditutup dan dibangun menjadi Hutan Kota. Jangan dulu membayangkan isinya banyak pohon, tapi lebih sebagai area Ruang Terbuka Hijau.

Di sana terletak kolam kecil dengan bebatuan yang Instagrammable. Ada pula patung tujuh Presiden Indonesia di area Hutan Kota.

Pengunjung tidak dikenakan biaya untuk masuk dan menikmatinya. Ketika Asian Games berlangsung sejumlah petinggi negara dalam dan luar negeri ditempatkan di dalam bangunan yang berfungsi sebagai kedai kopi sebelum menuju ke area pertandingan yang akan dihadiri.

Asian Games 2018 sejatinya bukan cuma bermakna bagi masyarakat Indonesia. Setidaknya ada 10 cabang olahraga baru yang dipertandingkan, sebagian adalah olahraga khas benua Asia. Seperti kurash dari India. Atau silat dari Indonesia dan Malaysia.

Pertandingan olahraga akbar Asia ini sekaligus yang terbesar dari jumlah atlet. Kurang lebih 11 ribu atlet berpartisipasi. Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 Erick Thohir mengatakan, jumlah total anggota kontingen bahkan mencapai 16 ribu orang.

Sebagai perbandingan, Asian Games Guangzhou di 2010 diikuti hampir 10 ribu atlet, yaitu sekitar 9.700. Sedang Asian Games Incheon 2014 diikuti 9.500 atlet.

Masih ada lagi pembukaan dan penutupan Asian Games. Direktur Kreatif Pembukaan Asian Games 2018, Wishnutama, berhasil mengguncang Asia saat penari demi penari, penyanyi demi penyanyi, tampil satu per satu. Memori rasanya akan selalu mengingat momen Presiden Joko Widodo beraksi dengan motornya. Termasuk ketika latar panggung yang berukuran raksasa mengeluarkan bulan buatan yang membuat siapapun terpana.

Jangan lupakan pula penutupan Asian Games yang dirancang bak konser musik. Penampilan Super Junior dan Ikon sangat ditunggu. Apalagi Super Junior sudah lama tidak tampil di ajang yang disiarkan luas ke publik setelah personilnya menjalani wajib militer.

Khusus untuk pembukaan dan penutupan Asian Games, biaya yang ditelan adalah sebesar Rp 467 miliar atau 32 juta dolar AS. Sebenarnya jumlahnya sudah cukup banyak dipangkas dari rencana awal yang sebesar Rp 758 miliar atau 52 juta dolar AS.

Penyelenggaraan Asian Games yang dihelat pada 18 Agutus hingga 2 September 2018 telah menghabiskan dana total sebesar Rp 42,8 triliun. Jumlah tersebut baru yang dikeluarkan oleh pemerintah saja. Tapi, dampak ekonominya diyakini akan lebih besar.

Anggaran paling besar dihabiskan untuk infrastruktur yaitu pembangunan LRT serta sejumlah bangunan lain diantaranya renovasi kompleks Gelora Bung Karno.

Bank Indonesia memprediksi, Asian Games akan berkontribusi sebesar 0,2 persen sampai 0,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018. Sedang  Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) dan Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Jakarta, September lalu memperkirakan dampak ekonominya secara langsung mencapai jumlah Rp 40,5 triliun.

Asian Games tahun ini memang fenomenal bagi Indonesia. Tidak hanya menghasilkan prestasi atlet yang membanggakan, pembangunan infrastruktur yang manfaatnya jangka panjang, tapi juga berhasil menyatukan Indonesia yang sejak beberapa tahun terakhir rasanya dilanda kegaduhan politik dan SARA.

Selama dua pekan Asian Games, masyarakat melupakan perselisihan. Semua fokus memberi semangat kepada anak bangsa yang bertarung di pertandingan olahraga. Melihat dua calon presiden yang berpelukan pun seakan menjadi penutup Asian Games yang manis. Semangat sebagai bangsa Indonesia yang satu kental terasa selama Asian Games.

Tak salah bila menyematkan Asian Games sebagai salah satu momen membanggakan Indonesia sepanjang 2018.

*Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement