Jumat 28 Dec 2018 07:44 WIB

Ifan Seventeen dan Mahasiswa IPB yang Jadi Relawan Dadakan

Bersama mahasiswa, Ifan menemukan jenazah Bani dan Aa Jimmy.

Vokalis band Seventeen, Riefian Fajarsyah alias Ifan (kanan) berdoa di makam istrinya Dylan Sahara seusai pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Tamanarum, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (25/12/2018).
Foto: Antara/Siswowidodo
Vokalis band Seventeen, Riefian Fajarsyah alias Ifan (kanan) berdoa di makam istrinya Dylan Sahara seusai pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Tamanarum, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (25/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Vokalis Seventeen Riefian Fajarsyah alias Ifan menyampaikan ucapan terima kasih kepada mahasiswa BEM KM IPB yang telah membantunya pada malam kejadian Tsunami yang melanda Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam.

Ucapan terima kasih tersebut diunggah melalui laman media sosial Instastory miliknya, Kamis (27/12). Ifan mengunggah tulisan, "Aku lupa ucapin makasih buat temen2 BEM KM IPB yang lagi farewell di sekitar kejadian malah mutusin jadi relawan dadakan".

Baca Juga

Tulisan berikutnya "Makasih udah kasiin pulsanya buat nelfon ngabarin orang rumah pertama kalinya, udah numpangin pick upnya hujan2 sama2, udah kasih support pas di sana makasih ya temen2," ucap Ifan.

Dalam unggahannya tersebut, Ifan juga melingkari komentar salah-satu warganet bernama Yazidah-ziya. "Masih terbayang, malam itu Mas Ivan temen-temen BEM KM IPB ikut evakuasi korban. Beliau nggak mau kita ajak bareng naik bus kami untuk pulang karena beliau mau mencari istrinya dulu," tulis Yazidah.

Wakil Ketua BEM Keluarga Mahasiswa (KM) IPB, Surya Bagus membenarkan kejadian malam tsunami saat tim relawan dadakan bentukan mahasiswa IPB bertemu dengan Ifan. Surya menceritakan, sekitar 120 mahasiswa IPB yang tergabung dalam pengurus BEM KM IPB sedang melakukan kegiatan pembubaran pengurusan di Blue Ocean Hotel Tanjung Lesung pada Sabtu (22/12).

photo
Vokalis band Seventeen, Riefian Fajarsyah alias Ifan (kiri) memberikan sambutan sesaat sebelum pemberangkatan jenazah istrinya, Dylan Sahara di rumah duka, di Kelurahan Kepatihan, Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (25/12/2018).

Lokasi ini berjarak sekitar 2,8 Km dari lokasi panggung band Seventeen di Tanjung Lesung Beach Hotel, tempat bencana tsunami terparah. Menurut Surya, sebelum tsunami menerjang, mereka sudah ada firasat kurang enak karena sekitar pukul 21.00 WIB ada getaran kecil, disusul mati lampu sebanyak dua kali.

"Tapi kami tidak terlalu memikirkannya. Hanya saja saat tsunami terjadi kami melihat kapal yang siang tadi berada di tengah laut, tiba-tiba sudah sampai ke pinggir, air sudah meluap. Kapal sampal di daratan," kata Surya.

Melihat air laut yang meluap hingga ketinggian satu meter, seluruh mahasiswa berupaya menyelamatkan diri mengikuti gelombang masyarakat yang berlari ke arah jalan raya menuju bukit tertinggi. Upaya penyalamatan diri dilakukan dengan komando yang dilakukan Ketua dan Wakil Ketua BEM KM IPB. Seluruh mahasiswa yang berjumlah sekitar 120 orang berhasil menyelamatkan diri.

"Suasana waktu itu sudah chaos, warga berlarian di jalanan, mobil-mobil jalan dengan kondisi panik, ada pintunya dibiarkan terbuka, semua berlari menyelamatkan diri, menghindar dari pantai," katanya.

photo

Setelah berhasil mencapai bukit terdekat, sekitar pukul 23.00 WIB bertahan sampai ada seorang ibu yang menawarkan tempat tinggalnya kepada seluruh mahasiswa IPB untuk bermalam. Menurut Surya, pada malam tersebut jaringan komunikasi masih bagus, dan mereka mencari informasi terkait peristiwa yang terjadi. Informasi yang didapatkan dari BMKG gelombang tinggi karena purnama.

Malam itu juga, setelah membantu menyelamatkan seorang ibu yang dievakuasi dari lokasi gathering PLN di Tanjung Lesung, mahasiswa memutuskan menjadi relawan ikut membantu para korban. "Karena ibu tadi bilang, banyak korban di sana, dia tidak bisa membantu karena kondisinya sendiri sedang terluka, tanganya patah dan tubuhnya dilumuri lumpur," kata Surya.

BEM KM IPB menurunkan tiga tim untuk bergabung dengan relawan PMI menuju lokasi Tanjung Lesung Beach Hotel. Di tempat acara gathering PLN ini banyak ditemukan korban meninggal dunia.

Di saat itulah dua orang anggota BEM KM IPB, Dimjar dan Ali, bertemu dengan Ifan Seventeen yang selamat dari musibah. Ifan meminta tolong untuk dibantu mencari teman-teman dan juga istrinya.

"Saat itu Mas Ifan bilang kalau dia juga korban, baru berenang dari laut 1,5 jam menggunakan kotak meja belajar. Dia berenang ke pinggir, sempat terseret juga, hampir menyerah, tapi dia tidak panik sehingga bisa menyelamatkan diri meraih apa yang bisa diraih," katanya.

photo
Kondisi lokasi wisata Beach Club, Kampung Tanjung Lesung, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Selasa (25/12).

Sesampai di pinggir, Ifan langsung berupaya mencari teman-teman dan istrinya. Dibantu mahasiswa BEM KM IPB, mereka akhirnya berhasil menemukan jenazah basis Seventeen Bani dan Aa Jimmy.

"Total ada 15 jenazah yang kami evakuasi, semua ditaruh di lobi dekat lokasi," katanya.

Upaya evakuasi korban berlangsung hingga pukul 04.00 WIB, Ifan dan mahasiswa BEM KM IPB baru menyadari kejadian tersebut adalah tsunami. Seluruh tim evakuasi dan masyarakat yang menolong kemudian meninggalkan lokasi untuk menghindari tsunami susulan.

"Saat itu, Mas Ifan ikut menumpang mobil relawan yang kita tumpangi, juga sempat meminjam telepon salah satu teman untuk mengabari keluarganya," kata Surya.

Malam itu, mahasiswa BEM KM IPB memutuskan bertolak ke Bogor, dan menawarkan Ifan untuk ikut. Tetapi suami Dylan Sahara tersebut memilih tetap berada di lokasi untuk mencari teman dan istrinya yang masih hilang.

"Kami melihat sosok Mas Ifan yang begitu tegar, hanya dengan menggunakan baju kaus dan celana pendek, ada luka lecet di badannya, tapi masih kuat mencari dan mengevakuasi korban," kata Surya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement