REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup band Sheila On 7 menyesalkan penghentian paksa yang dilakukan oleh pihak kepolisian saat tampil pada acara Farmasi Cup 2018 di Lapangan Parkir Mandala Krida, Yogyakarta, Sabtu (22/12) lalu. Adam, pemain bass Sheila On 7, menyatakan acara tersebut berjalan kondusif dan tidak ada potensi kerusuhan, kendati dinilai telah melewati batas waktu .
"Ya menyesal. Kan ini acaranya hiburan bukan acara huru-hara, bukan acara protes pemerintah, bukan acara kerusuhan. Kecuali kalau acaranya bikin kerusuhan, mungkin itu lebih pas kalau sampai naik panggung," ucap Adam saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (26/12).
"Justru dengan cara seperti itu malah bisa jadi nggak baik. Kan bisa jadi orang nggak terima, ya mungkin dia merasa aman terus disuruh setop saja. Jadi berani naik panggung," kata Adam menambahkan.
Menurut Adam, seharusnya pihak kepolisian melakukan pembicaraan terlebih dahulu dengan panitia jika memang acara telah melewati batas waktu. "Kalau kita bicara masalah itu, kita akan bicara toleransi. Misalnya selesai sampai jam 11 lebih, masa tidak ada toleransi dan masa harus dengan cara seperti itu. Ini kebetulan apes dapet polisi yang karakter seperti itu," ujar pria yang berposisi sebagai basis tersebut.
Sheila On 7 menurutnya, cukup terbuka untuk berdiskusi dengan pihak kepolisian. "Saya juga statusnya cuma tamu, tugas saya mengibur tapi dilecehkan seperti ini, ya saya bicara seperti ini," terangnya.
Ke depan Adam pun berharap kejadian serupa tidak terulang lagi. Apalagi ini bukan kejadian pertama yang dialami Sheila On 7.
"Ya sudah ini cukuplah diperlakukan seperti ini. Saya juga akan memperbaiki kebijakan jangan sampai ada kejadian seperti ini lagi," tutupnya.