REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eropa dengan segala keindahannya dan keunikannya menjadi destinasi yang banyak diburu wisatawan dari berbagai mancanegara. Meski biaya berwisata ke Eropa cukup merogoh kocek, namun peminatnya tak pernah sepi, di musim liburan sekolah maupun di bulan lainnya.
Di balik keindahan tempat-tempat wisata Eropa, ternyata menyimpan berbagai persoalan jika belum memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman menjelajahi Benua Eropa ini. Karenanya, penyedia travel yang baru membuka trip Eropa harus memperhatikan berbagai aspek sebelum berani menyelenggarakan paket Eropa
Menurut Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), H Priyadi Abadi Mpar, penyelenggara tour Eropa harus benar-benar memahami kondisi yang ada di Eropa. “Tim manajemen harus sangat ketat dijalankan. Jika tidak, akan berdampak pada pembengkakan anggaran,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/12).
Priyadi menambahkan, penyelenggaraan tour ke Asia sangat berbeda dengan Eropa. Tingkat kerumitannya jauh lebih besar di Eropa.
Karena itulah, travel yang sudah biasa menyelenggarakan tour Eropa akan lebih mudah menjalankan trip Asia. “Dalam dunia travel, tujuan Eropa tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding Asia atau destinasi lainnya,” paparnya.
Priyadi mengakui, meskipun pengalaman dirinya sebagai tour leader berpuluh-puluh tahun, ia harus selalu meng-up date pengetahuannya dengan situasi terkini yang terjadi. Misalnya, memanasnya situasi demo di kota Paris; dan modus-modus kejahatan seiring tingkat kriminalitas yang naik tajam ataupun merek-merek branded yang sering diburu oleh pelancong Indonesia.
Selain itu, dengan terjun langsung mengurusi segala kebutuhan peserta tour, mulai dari bangun pagi sampai peserta tour terlelap di kamar hotelnya, antara lain memastikan/mencari ruangan santap pagi; mengurusi koper-koper peserta; check out hotel dengan memastikan master bill; lokasi/menu restoran makan siang dan malam; bus yang nyaman dengan segala perlengkapannya seperti CD/DVD untuk memutar lagu atau film; tempat objek wisata, dan masih banyak lagi lainnya.
“Penggunaan local guide fullday di Eropa akan menambah biaya yang sangat tinggi. Terlebih lagi local guide Eropa hitungannya per jam, dan itu tak lazim dilakukan oleh travel Indonesia,” ujarnya.
Perusahaan travel, tambah Priyadi, harus mempersiapkan tour leader yang handal dan berpengalaman di lapangan. Salah satu contoh kecil saja lokasi toiletpun harus dikuasai karena akan bedampak fatal bila peserta tour sedang kebelet pipis.
Jika tidak, maka akan berdampak pada tingkat kepuasan wisatawan. Hal itu akan berdampak pada kepercayaan terhadap perusahaan penyelenggara.
“Adanya kasus travel abal-abal, tour leader yang tidak bertanggung jawab, dan isu keamanan di Eropa harus bisa menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan travel untuk meningkatkan kualitas layanannya,” jelasnya.