REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemeriksaan berat badan serta pertanyaan mengenai kebiasaan merokok seringkali diajukan saat cek kesehatan tahunan. Sedangkan kondisi psikologis seperti depresi atau kecemasan tidak pernah dipertanyakan.
Padahal, menurut penelitian baru dari UC San Fransisco, depresi dan kecemasan memiliki efek kesehatan yang sama dengan perokok dan orang yang obesitas. Keduanya sama-sama bisa berujung pada penyakit jantung, tekanan darah tinggi, arthritis, sakit kepala, nyeri punggung, hingga gangguan perut.
Dalam penelitian, para peneliti mengamati data kesehatan dari 15 ribu orang dewasa selama periode empat sampai lima tahun. Mereka menemukan bahwa 16 persen dari yang diamati itu menderita depresi dan kecemasan level tinggi. Sementara 31 persen merupakan obesitas dan 14 persen adalah perokok.
Orang dengan tingkat depresi dan kecemasan tinggi itu, 65 persennya mengalami permasalahan jantung, 64 persen stroke, 50 persen tekanan darah tinggi dan 87 persen arthritis dibandingkan dengan orang yang tidak depresi.
"Dampak kesehatan pada orang depresi dan kecemasan ini sama dengan perokok dan obesitas. Namun untuk arthritis, orang dengan depresi dan kecemasan lebih sering mengalaminya dibandingkan perokok dan orang obesitas," kata peneliti Aoife O'Donovan dikutip UCSF.
Tidak seperti kondisi pengamatan lainnya, para peniti menemukan bahwa depresi dan kecemasan tingkat tinggi tidak berkaitan dengan kasus kanker. Penemuan ini sekaligus mengonfirmasi hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
"Kita harus berhenti mengaitkan diagnosa kanker dengan riwayat stres, depresi dan kecamasan pada pasien," kata O'Donovan menambahkan.
Menurut O'Donovan, gejala seperti sakit kepala, gangguan perut, serta nyeri punggung bisa dikaitkan dengan stres dan depresi tingkat tinggi. Gejala ini bahkan lebih jarang ditemukan pada perokok dan orang dengan obesitas