Selasa 18 Dec 2018 05:13 WIB

Kiat Redakan Rasa Bersalah dalam Mengasuh Anak

Orang tua perlu memahami dirinya adalah manusia biasa.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi
Foto: flickr
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa bersalah dan rasa malu terlihat dalam perilaku seseorang, terutama ketika berinteraksi dengan orang lain. Perasaan tersebut juga mudah terlihat dalam hubungan orang tua dan anak.

Di era media sosial seperti sekarang ini, banyak tekanan yang diterima orang tua terkait pola pengasuhan yang ideal. Semakin orang tua merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi ekspektasi, semakin meningkat pula stres dan kecemasan. Semakin orang tua membandingkan pengasuhannya dengan standar sosial, semakin sikap itu mengikis kepercayaan dirinya.

Jadi, bagaimana cara orang tua bisa berdamai dengan diri sendiri saat dirundung rasa bersalah dalam mendidik anak? Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Psychology memberi satu jawaban. Caranya mengatasinya ternyata dengan melatih rasa belas kasihan pada diri sendiri.

Para peneliti mensurvei 167 orang tua yang punya anak berusia kurang dari 12 tahun. Para orang tua ditanya untuk mengukur bagaimana mereka bisa mengasihani dirinya sebagai manusia. Mereka juga diminta menuliskan momen apa saja yang membuatnya merasa bersalah atau malu dalam menerapkan pola pengasuhan.

Jawaban para responden pun bermacam-macam. Ada yang merasa bersalah karena memberikan makanan tidak sehat pada buah hatinya. Ada juga yang merasa bersalah karena menyerahkan anak di tempat penitipan anak ketika mereka belum sembuh dari sakit, dan berteriak-teriak di depan orang.

Selanjutnya para responden dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok diminta membaca momen yang sudah mereka tulis dan merespons tekanan dalam tiga elemen belas kasihan diri sendiri. Ketiga elemen itu adalah berbaik hati, rasa kemanusiaan, dan ketenangan pada diri sendiri.

Sementara itu satu kelompok lainnya ambil bagian dalam latihan 'hanya fakta'. Mereka diminta membaca ulang momen yang sudah ditulis dan menuliskan fakta-fakta obyektif mengenai bagaimana hari berjalan dan seperti apa cuaca hari itu. Terakhir, para peneliti mensurvei kembali para responden untuk mengukur rasa bersalah dan malu mereka usai latihan di tiap kelompok.

Rupanya kelompok yang berlatih mengasihani diri punya kondisi yang lebih baik dengan rasa bersalah dan malu yang lebih rendah. Kelompok yang berlatih berbelas kasih pada diri sendiri juga punya lebih sedikit rasa bersalah ketika pola pengasuhan pada anaknya tidak berjalan mulus.

Dikutip dari laman Mind Body Green, berbelas kasih pada diri sendiri memberi kesempatan menerima kegagalan dan kelemahan personal, terutama dalam penerapan pola asuh. Berbelas kasih pada diri mengingatkan kita adalah manusia biasa dan memberikan kesadaran lebih tentang apa yang dirasa dan dipikirkan.

Menurut praktisi gaya hidup sehat Jennifer Weinberg, berbelas kasih pada diri sendiri adalah hal yang bisa dilatih. Dia menyarankan kalimat-kalimat berikut ini untuk ditanyakan pada diri sendiri.

"Bisakah aku memaafkan diriku sendiri."

"Bisakah aku kuat."

"Bisakah aku berbelas kasih pada diri sendiri."

"Bisakah aku belajar dari pengalamanku."

"Bisakah aku menerima diriku pada keadaan ini."

"Bisakah aku menjadi sabar."

"Bisakah aku memberi kebaikan dan rasa kasihan yang aku butuhkan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement