REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Ada yang berbeda tatkala ribuan penggemar mendatangi konser Taylor Swift, Reputation, di Amerika Serikat (AS). Para penonton tidak hanya melewati alat pendeteksi logam. Akan tetapi diam-diam tim keamanan juga mengadopsi teknologi untuk mendeteksi penguntit.

Channel News Asia yang mengutip Rolling Stone, pada Jumat (14/12), menyebut kamera pendeteksi wajah ikut dioperasikan selama konser di California. Kamera tersebut disembunyikan di balik display yang menampilkan video gladi bersih sebelum konser. Kamera lalu mengambil gambar setiap orang yang berhenti untuk menyaksikannya.

"Setiap orang yang hadir berhenti untuk menonton video itu dan perangkat lunak pun mulai bekerja," kata Mike Downing, Kepala Kantor Keamanan Oak View Group. Foto-foto tersebut kemudian ditransfer ke Nashville dan dicocokkan dengan database para penguntit Taylor.

Pelantun lagu Look What You Made Me Do ini memang dikabarkan tengah mencurigai adanya penguntit. Seorang pria, yang dituduh mengancam Taylor dan keluarganya, telah divonis 10 tahun hukuman percobaan.

Saat The Guardian dan media lain mencoba mengonfirmasi pada Taylor, wanita berusia 29 tahun itu memilih bungkam. Akan tetapi tindakan penyanyi kelahiran Pennsylvania tersebut membangkitkan pertanyaan seputar etik pada masyarakat yang menyangkut privasi.

Analis senior kebijakan The American Civil Liberties Union's Jay Stanley sepakat adopsi pendeteksi wajah bisa melindungi Taylor Swift. Namun teknologi tidaklah sempurna dan bisa menyebabkan staf keamanan menyasar orang yang tidak bersalah. Selain itu Jay  menyoroti perihal keamanan data. Keamana itu meliputi bagaimana data dikumpulkan, dikelola dan disimpan, serta apakah data-data tersebut akan dibocorkan atau dibagikan.

Ikuti Whatsapp Channel Republika