REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Singkong atau ketela merupakan hasil bumi yang lekat di tengah masyarakat. Sayangnya, selama ini memang tidak cukup banyak kreasi dihasilkan dari bahan singkong.
Tanaman bernama latin Manihot utilissima itu banyak ditanam di kebun atau malah tumbuh secara liar. Padahal, kandungan gizi singkong sangat tinggi, misalnya energi 160 kilo kalori.
Ada pula karbohidrat 38,06 gram, protein 1,36 gram, total lemak 2,5 gram, serat 1,8 gram, dan kolesterol 0,28 gram. Selama ini, pengolahan singkong hanya diolah dengan cara digoreng atau direbus.
Namun, di tangan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), singkong dapat diubah menjadi kudapan kekinian seperti kroket. Bahkan, mereka mengajarkan cara pembuatan kroket singkong ke masyarakat.
Pengajaran dilakukan salah satunya di Dusun Nglampar, Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Koordinatornya, Wanda Kusumaning Warnadi mengatakan, di desa itu melimpah singkong dan cokelat.
Pembuatan kroket berbahan singkong yang diajarkan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kepada masyarakat Dusun Nglampar, Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Mahasiswa Prodi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKnH) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY itu mengungkapkan, singkong dipilih karena tiap penduduk memiliki pohon singkong sehingga, mereka tidak perlu membeli bahan. "Selain itu, harganya terjangkau, proses cepat, dan mudah," kata Wanda, Selasa (11/12).
Anggota kelompoknya, Istifani Audina menjelaskan, ada dua isian kroket yang diajarkan, yaitu rasa manis dan gurih. Bahan yang dibutuhkan singkong, garam, lada, tepung panir, dan telur.
Sedangkan, isian manis kroket menggunakan gula jawa dan isian gurih memakai oseng tempe atau abon. Untuk membuat kroket, mahasiswa jurusan teknik boga tersebut menjelaskan, awalnya singkong direbus dengan garam dan gula sampai matang.
Lalu, selagi panas singkong ditumbuk sampai halus. Kemudian, pipihkan dan diisi dengan isian manis atau gurih. Gulung bulat dan balurkan ke telur yang sudah dikocok.
"Balurkan tepung panir dan digoreng," ujar Istifani.
Salah satu warga Dusun Nglampar, Harni, mengaku senang karena mendapatkan satu inovasi baru mengolah singkong yang berbeda. Ia berharap, pengalaman itu dapat menambah keragaman kudapan masyarakat.
"Pengetahuan ini bisa menambah ragam kudapan yang disajikan karena di rumah memiliki usaha pembuatan kue," kata Harni.